Mohon tunggu...
MARISA FITRI
MARISA FITRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya suka menciptakan karya sastra yang memiliki nilai moral seperti cerpen, puisi, diary dan karya sastra lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Janji Yang Terlupakan

13 Januari 2025   19:24 Diperbarui: 13 Januari 2025   19:24 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan: Sumber Pixabay

Matahari pagi bersinar lembut di balik jendela kamar Rani. Suaranya menghangatkan ruangan, tetapi tidak mampu mengusir dingin di hatinya. Pagi itu, dia duduk di tepi tempat tidur dengan ponsel di tangan. Pesan terakhir yang dia kirim pada Raka, tunangannya, masih belum dibalas. Sudah tiga hari berlalu sejak mereka terakhir berbicara.

Rani dan Raka telah menjalin hubungan selama lima tahun. Mereka bertemu di bangku kuliah, saat sama-sama menjadi panitia sebuah acara kampus. Hubungan mereka berkembang perlahan, dari sekadar teman hingga menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Dua bulan lalu, Raka melamarnya di depan keluarganya, memberikan janji untuk membangun hidup bersama. Namun, sejak saat itu, Raka berubah.

Rani mencoba menyangkal perubahan itu. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa Raka hanya sibuk dengan pekerjaannya di kota lain. Tetapi, jauh di dalam hati, dia tahu ada sesuatu yang salah.

Hari itu, Rani memutuskan untuk mengunjungi Raka tanpa memberi tahu sebelumnya. Dengan langkah penuh tekad, ia pergi ke apartemen tunangannya. Ketika sampai, dia mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Rani mencoba membuka pintu dengan kunci cadangan yang diberikan Raka beberapa bulan lalu.

Saat pintu terbuka, Rani melihat sesuatu yang menghancurkan hatinya. Di meja ruang tamu, ada dua cangkir kopi dan piring-piring bekas sarapan untuk dua orang. Sebuah syal merah milik wanita tergeletak di sofa. Hatinya mulai sesak, tetapi dia tetap melangkah masuk.

Raka keluar dari kamar dengan ekspresi kaget. "Rani? Kenapa kamu di sini?"

"Aku ingin bertemu," jawab Rani, suaranya bergetar. "Tapi sepertinya aku datang di waktu yang salah."

Raka diam, matanya menghindari tatapan Rani. Dalam keheningan itu, seorang wanita muncul dari kamar. Dia mengenakan kaus longgar milik Raka.

Rani terdiam. Dunia seolah berhenti berputar. Hatinya remuk, seakan-akan dihantam ribuan pecahan kaca. "Jadi, ini alasanmu berubah?" tanyanya dengan suara serak.

"Rani, aku bisa jelaskan," kata Raka panik.

"Tidak perlu. Penjelasanmu tidak akan mengubah apa pun," jawab Rani dengan dingin. Ia berbalik, meninggalkan apartemen itu dengan langkah cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun