Mohon tunggu...
Mario Yan Avon
Mario Yan Avon Mohon Tunggu... -

"So you shall remove the evil from the midst of you..."

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Agama Akan Tetap Bebal terhadap Kritik?

14 Oktober 2013   20:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jaman berkembang dengan sangat pesat. Benar-benar pesat. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan dan sains. Beberapa pertanyaan yang sebelumnya menjadi misteri, perlahan-lahan mulai terungkap lewat Ilmu Pengetahuan. Masih ingat cerita orang tua jaman dahulu tentang Gerhana Matahari yang diakibatkan seekor naga marah dan menelan matahari? Atau tentang petir yang dianggap sebagai tongkat malaikat? Masyarakat di awal-awal munculnya mitos tersebut, memiliki kepercayaan penuh kepadanya dan bahkan mengadakan upacara-upacara agar terhindar dari mara bahaya.

Tapi sekarang? Siapa yang masih percaya tentang mitos di atas? Nyaris tidak ada. Logika dan Ilmu Pengetahuan telah memberi kita jawaban yang lebih masuk akal daripada naga marah atau tongkat malaikat.

August Comte, membagi perkembangan pemikiran manusia menjadi tiga tahap; Tahap teologis, metafisik, dan Tahap Positif. Manusia, kini telah mencapai tahap pemikiran Positif, dimana dalam memandang suatu masalah, manusia berfikir secara logis. Mengandalkan observasi dan bukti-bukti empiris dalam mengkaji suatu hal.

Pemikiran Positif inilah, yang lalu (diakui atau tidak) sedikit-demi sedikit membuka tabir dari mitos-mitos yang sebelumnya dipercaya sebagai suatu nilai "kebenaran" pada tahap Teologi. Mulai dari contoh naga marah dan tongkat malaikat yang saya sebutkan tadi, sampai mitos-mitos lain seperti bumi yang berbentuk datar, dan kemampuan manusia untuk "menciptakan" manusia lainnya.

Pemikiran-pemikiran relijius, yang dalam hal ini termasuk dalam pemikiran tahap Teologis, pun terkena imbasnya. Masih ingat sosok Nicolaus Corpenicus? Lewat teorinya yang menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat tata surya, Corpenicus membuat berang Gereja yang memegang teguh teori lawas tentang Bumi sebagai pusat segalanya dan berbentuk datar.

Tak hanya di bidang sains. Di bidang sejarah, juga mulai muncul beberapa keganjilan tentang kisah di kitab suci tentang Musa dan eksodus kaum Yahudi dari Mesir Kuno, yang begitu terkenal itu. Ternyata hingga saat ini, para sejarahwan belum menemukan catatan-catatan yang menceritakan tentang eksodus besar-besaran budak dari bani Israil yang dipimpin oleh seorang bernama Musa. Padahal, bangsa Mesir Kuno terkenal dengan ketelitiannya yang tinggi dalam mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi. Jadi, mana mungkin tak ada satupun catatan yang muncul atas kejadian sebesar itu? Yang lebih seru, ternyata kisah Musa identik dengan legenda Sargon of Akkad yang lebih dulu ada.

Dua penelitian di atas hanyalah sebagian saja. Seiring waktu yang terus berlalu, ajaran-ajaran teologis Agama akan terus terusik dengan penemuan-penemuan baru dari Ilmu Pengetahuan. Karena dalam prinsipnya, Ilmu Pengetahuan tidak mengenal "hasil akhir" dan "kebenaran absolut". Teori-teori dan penemuan-penemuan lama akan selalu dicari kesalahannya dan lalu digantikan oleh teori-teori dan penemuan-penemuan baru.

Dan yang amat penting untuk diketahui, hasil kajian dalam Ilmu Pengetahuan tidak pernah bertujuan untuk menjatuhkan agama manapun, tapi murni untuk keperluan perkembangan pemikiran kritis. Kalau (kebetulan) ada ajaran agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, maka memang ajaran tersebut harus dikritisi.

Mungkin yang terbaru ini adalah tentang sunat bagi kaum perempuan. Dalam ajaran salah satu agama, ritual tersebut hukumnya sunnah. Namun, pada akhirnya, ritual tersebut dikritik oleh kalangan medis karena ternyata sunat pada kaum perempuan mempunyai beberapa efek buruk seperti pendarahan yang dapat mengakibatkan shock dan kematian, tetanus, gangrene, kerusakan organ seksual, retensi urin, disfungsi seksual, disfungsi haid, infeksi saluran kemih, inkontinensia urin hingga trauma psikologis.

Dan kini, dengan melihat beberapa penemuan-penemuan baru yang ada, masihkah agama bebal kritik jika ternyata kenyataan yang ada bertentangan dengan beberapa ajaran mereka? Apakah kaum Agamis dengan besar hati bakal mengakui ke"kadaluarsa"an ajaran mereka dan berusaha untuk merevisinya? Ataukah mereka tetap akan bersikukuh dengan berbagai argumen-argumen buta lainnya untuk mempertahankannya? Anda mungkin lebih tahu jawabannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun