Mohon tunggu...
mario tolok
mario tolok Mohon Tunggu... Freelancer - Cuma sekedar berbagi

Seorang biasa yang bekerja sebagai freelancer barista

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warna-warni Kehidupan

21 Desember 2016   10:32 Diperbarui: 21 Desember 2016   10:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gua terlihat bodoh dengan semua warna yang ada. gua sempat berfikir, "makin banyak warna semakin gua bertambah dewasa pula." ternyata tidak!!!!benar.

 kata dia yang berarti dalam persahabatan,

"Sering kali memang yang diharapkan matahari tapi ternyata bulan
Tampak sinar yang sama tapi berbeda
Seperti halnya orang orang sekitar
Jiwa yang menyatu berarti kekekalan
Dan perbedaan berarti persinggahan
Segalanya tentang keikhlasan
Yang berlalu disebutlah masa lalu
Yang di depan ditunggu dan di carilah warna warni abadi"

dan gua cuma bisa bilang

 "Saat sesuatu yg di cari begitu kecil dan hanya bisa di pandang.
Sesuatu yang terkadang terlihat terangnya dan terkadang tak dapat di lihat sama sekali oleh kedua mata ini.
Semua harapan yang sangat terang jangan lah terlalu di harapkan. Karena terang yangg berbeda itulah yang memberikan keindahan yang berkesan dan berarti bagi masa depan demi mencapai matahari."

dan dia terus memberikan masukan yang sangat berarti

"Intinya setiap mata punya sudut pandang yang beda
Dan setiap manusia punya cita cita yang tak selamanya sama"

gua pun tetap memberikan sudut pandang gua

"Semua dari proses pembelajaran dan pertemanan di sudut ruang kelas.
Yang berbeda sifat dan keinginan dari awal. Yang memiliki inti sama. Karena rasa ingin berteman dan saling memahami & mengerti.
Sama seperti matahari dan bulan. Sama sama ingin menyinari bumi tetapi dengan apa yang di miliki dan apa yang di miliki sekitarnya."

intinya dalam persahabatan jangan elu terlalu berharap. karena semua harapan yang elu harapkan  belum tentu terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun