Latar Belakang
Konsumsi yang berlebihan pada sumber daya alam dan juga plastik dapat mengakibatkan krisis terkait kesehatan dan kerusakan lingkungan. Kita hidup di dunia yang serba praktis, yang memudahkan kita untuk melakukan segala sesuatu, khususnya membeli sesuatu. Hal ini menuntun kita untuk menjadi orang yang konsumtif, yang mungkin melupakan masalah kebersihan lingkungan. Pada beberapa negara maju dan berkembang yang memiliki banyak industri, mereka sangatlah berkontribusi dalam hal ini, karena menghasilkan sampah yang sangat berlebihan dan membuang limbahnya di lingkungan sekitar, dan juga di laut.Â
Dampak dari adanya pembuangan limbah yang sembarangan ini, kemudian memberikan ancaman pada kesehatan yang fatal. Rebellon, L.F.M dalam bukunya mengatakan bahwa "Selama beberapa dekade terakhir, salah satu karakteristik paling umum yang terwujud di negara-negara berkembang adalah perbedaan antara pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat dan penyediaan infrastruktur untuk sanitasi. Perbedaan ini diperparah oleh tantangan praktik pengelolaan limbah yang buruk yang berdampak pada ekosistem yang memburuk.Â
Akibatnya, jutaan orang miskin kota tinggal di lingkungan yang biasanya berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan umum sehari-hari mereka" ( Rebellon, L.F.M, hal 21, 2012 ). Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat kesehatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditoleransikan. Pembuangan limbah, makanan cepat saji, kemasan-kemasan plastik dan limbah lain yang dilakukan mereka yang tidak bertanggung jawab, sangat mengancam kesejahteraan dan keberadaan makhluk hidup.
Masalah terkait pembuangan sampah, masih terjadi di banyak daerah di Indonesia sampai saat ini. Kurangnya kesadaran, perencanaan dan strategi pengelolaan sampah lah yang kemudian bisa menjadi penyebab mengapa masih banyak daerah-daerah yang tercemar sampah. Media online Hipwee mengatakan bahwa "Peringkat pertama, sampah terbanyak ada di Gunung Rinjani. Ini terjadi karena sikap tidak disiplin pengunjung dalam membuang sampah." ( Hipwee.com, 2017 ).Â
Tidak hanya pegunungan saja, tetapi lautan juga menjadi surganya pembuangan sampah bagi para pembuang sampah yang tidak bertanggung jawab. Hipwee.com mengatakan bahwa "Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan, sampah plastik dari 100 toko/gerai anggota APRINDO selama 1 tahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Ini berarti sama dengan sekitar 65,7 Ha kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepakbola!" ( Hipwee.com, 2017 ).Â
Sungguh sangat disayangkan bahwa semua jenis sampah yang sudah terbuang dan mengumpul di suatu tempat itu bisa menjadi sesuatu yang membahayakan. Ketika sampah sudah menumpuk, sampah ini bisa menimbulkan ancaman kesehatan bagi masyarakat, dan pembusukan limbah ini mengakibatkan daerah-daerah terdekat menjadi tidak sehat, kotor, dan tidak bagus untuk dikunjungi.
Menurut penulis, masyarakat harus menyadari bahwa membuang sampah sembarangan adalah racun. Penulis pada suatu saat pergi ke pantai parangtritis dan secara sadar melihat bahwa sampah tersebar dimana-mana, apalagi sampah plastik. Setelah beberapa hari, penulis menyempatkan waktu untuk mencari info tentang sampah yang berada di pantai ini. Data yang penulis temukan sangatlah mengejutkan, karena total jumlah sampah yang ada di pantai parangtritis ternyata tidak sedikit.Â
Menurut beberapa sumber yang penulis temukan, terdapat 20 ton sampah yang terbuang di sana. Tribunjogja.com menuliskan bahwa "Kebanyakan sampah-sampah di sana dibawa oleh para wisatawan, sayangnya mereka membuang sampah sembarangan. Asal tahu saja, sampah di musim liburan volumenya naik 10 kali lipat dibanding hari biasa. Hari biasa petugas kebersihan di sepanjang Pantai Depok, Parangkusuko, Parangtritis, dan Parangendog, berhasil mengangkut 1,5 sampai 2 ton sampah. Berbeda di hari libur akhir tahun para petugas mengangkut sampai 20 ton sampah banyaknya" ( Tribunjogja.com, 2017 ).Â
Terdapat perbedaan jumlah sampah yang ada di media. Contohnya adalah pada media online liputan6.com. Liputan 6 mengatakan bahwa "Pantai Parangtritis kebanjiran sampah sampai 60 ton akibat hujan deras yang melanda wilayah DIY selama satu minggu terakhir. Sampah-sampah itu berasal dari daerah hulu di Sleman, Yogyakarta, dan Bantul " ujar Suranto, Koordinator Unit Pelaksana Kerja (UPK) Parangtritis Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul" ( Liputan6.com, 2017 ).Â
Meskipun ada perbedaan perhitungan total jumlah sampah, intinya adalah bahwa sampah di pantai parangtritis jumlahnya sangat banyak. Disamping banyaknya sampah yang ada di pantai parangtritis, penulis menemukan sesuatu yang unik terkait pengelolaan sampah di daerah pantai tersebut. Terdapat tempat yang namanya Gardu Action di sana, yang menarik perhatian penulis dan sejumlah wisatawan yang berkunjung, khususnya tempat yang namanya Pohon Harapan. Hal ini kemudian membuat penulis tertarik untuk menganalisis keefektivan adanya Gardu Action ini, terhadap pengelolaan sampah di pantai tersebut. Tentu saja hal ini adalah cara yang unik untuk mengelola sampah, tetapi kita tidak tahu seberapa jauh hal ini dapat mengurangi penumpukan sampah di sana.