Minggu, 26 Januari 2025
Hari Minggu Sabda Allah
Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1 Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21
Hari ini kita merayakan Hari Minggu Sabda Allah. Hari Minggu Sabda Allah pada kali ini terasa istimewa karena kita merayakannya dalam kerangka Tahun Yubelium 2025. Dengan begitu, momen ini menjadi sangat berharga untuk kita sekalian sebagai peziarah harapan, karena Sabda Allah menjadikan kita begitu dekat dengan-Nya, Pengharapan kita.
Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk menjadikan Sabda Allah sebagai pusat dari segala aspek hidup kita. Di dalamnya kita menemukan petunjuk hidup yang membawa kita kepada keselamatan.
Bacaan pertama pada hari ini berbicara tentang momen pembaruan diri yang dilaksanakan oleh Ezra. Hal ini terjadi setelah orang-orang Israel pulang dari pembuangan. Hal yang mereka lakukan adalah mendengarkan Sabda Tuhan. Pembacaan Sabda Tuhan yang dilakukan bangsa Israel ini merupakan momen kebangkitan rohani, di mana mereka menyadari pentingnya Sabda Tuhan dalam kehidupan mereka.
Hal menarik dari bacaan pertama ini adalah orang-orang Israel yang mendengarkan Sabda Tuhan ini dengan saksama. Mereka tidak hanya mendengarkan dengan telinga, tetapi dengan penuh kerendahan hati, siap untuk dipimpin oleh Sabda. Para pemimpin, dalam hal ini Ezra dan bebarapa dari kaum Lewi, kemudian memberikan penjelasan agar orang Israel bisa mengerti Sabda Tuhan dengan lebih baik.
Bacaan pertama hari ini memberikan pesan penting bagi kita bahwa Sabda Tuhan adalah pusat hidup kita. Kita mendengarkan Sabda, tidak sekadar mendengarkan, tetapi juga menghidupinya. Kita juga diingatkan untuk mendengarkan Sabda Tuhan dengan penuh perhatian dan penghormatan, agar Sabda itu dapat menuntun kita dalam setiap keputusan dan langkah hidup kita.
Bacaan Injil pada hari ini berbicara tentang  dua hal, yakni alasan Injil Lukas ditulis, dan kedua tentang Yesus yang membacakan Sabda di depan orang-orang Nazaret. Pada bagian pertama, Penulis Injil Lukas memberikan keterangan bahwa tujuan Injil Lukas ditulis adalah agar orang-orang percaya dapat memiliki kepastian dan pengertian yang lebih dalam tentang ajaran Yesus.
Penulis Injil Lukas menekankan bahwa dia menulis Injil berdasarkan kesaksian para saksi mata dan orang-orang yang mengikuti Yesus sejak awal, terkait dengan apa yang dikatakan Yesus dan apa yang dilakukan Yesus, supaya para pengikut Kristus yang kemudian dapat mengetahui bahwa semua yang diajakan adalah sungguh benar (Luk 1:4).