Selasa, 7 Januari 2024
1 Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44
Penyair Italia, Dante Alighieri (1265-1321), dalam buku The Divine Comedy, pernah menulis: "Cinta adalah denyut nadi seluruh dunia" (Finley, 2007:31). Pernyataan ini menarik karena dunia ini dianggap hidup oleh karena cinta itu ada dan masih berdetak. Dunia, dan juga kehidupan, masih eksis karena cinta masih juga masih ada.
Kalau Dante Alighieri mengatakan bahwa cinta adalah denyut nadi seluruh dunia, Rasul Yohanes mengatakan lebih mendalam lagi, yakni kasih Allah adalah dasar dari seluruh kehidupan kita, terutama kita sebagai orang percaya.
Atau dengan format lain bisa kita katakan bahwa Allah adalah sumber paling awal dari kasih. Dalam teks ini, kita diingatkan bahwa kasih itu berasal dari Allah. Karena, menurut Yohanes, Allah itu tidak lain tidak bukan adalah kasih itu sendiri.
Bacaan I dan bacaan Injil hari ini sama-sama berada pada satu tema yang sama yakni berbicara tentang kasih Allah akan manusia. Pada bacaan I, Rasul Yohanes menampilkan suatu renungan tentang sifat dasar Allah, yang adalah kasih. Dari sifat dasar itu, lahirlah tindakan mendasar Allah, yakni mengasihi.
Salah satu bentuk tindakan mendasar Allah, sebagaimana diungkapkan oleh Rasul Yohanes, adalah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia (1 Yoh 4:9; Yoh 3:16). Perutusan Anak-Nya ke dunia sudah merupakan suatu bukti bahwa Allah mengasihi ciptaan-Nya. Jika kita belum juga percaya, kita bisa melihat bagaimana Allah sungguh-sungguh merelakan Putra-Nya untuk wafat di salib, hanya demi menebus dosa manusia.
Penting diingat bahwa Allah mengutus Putra-Nya bukan karena kita layak dan pantas, tetapi karena kasih-Nya tidak terbatas. Yesus, yang datang lewat peristiwa inkarnasi-Natal, hadir untuk memberi hidup dan mendamaikan kita dengan Allah, tentu saja melalui pengorbanan-Nya di salib.
Melalui pengorbanan ini, kita diundang untuk hidup oleh-Nya, mengalami hidup yang diperbaharui dan dipulihkan oleh kasih Allah. Sampai di sini, kiranya sudah jelas bahwa kasih Allah itu sungguh besar dan tidak terbatas.
Sekarang tugas kita adalah bagaimana menelusuri jejak kasih Allah dalam kehidupan kita masing-masing, di dalam pengalaman untung dan malang, dan dalam keberhasilan dan kegagalan kita.