Yosef taat pada Allah untuk tetap menerima Maria, walaupun dia ingin menceraikan Maria secara diam-diam dengan alasan Maria telah hamil, dan Maria taat pada kehendak Allah untuk menjadikan rahimnya sebagai tempat bersemayamnya Sabda Ilahi, yakni Yesus. Keduanya sungguh membuka diri sehingga Allah dapat bekerja melalui keluarga, sehingga rencana Allah dapat terlaksana.
Kedua, Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang jauh dan tidak terjangkau. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang sungguh dekat, yang mau datang dan tinggal bersama dengan manusia dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Keluarga baru Yesus sendiri merupakan dua orang manusia yang terbatas. Namun, kehadiran Yesus dalam kehidupan pasangan suami-istri ini merupakan gambaran dari bagaimana Tuhan punya kehendak yang kuat untuk mau hidup dekat dengan manusia.
Pertanyaannya: mengapa hanya demi dekat dengan manusia Allah harus menjadi manusia? Dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16).
Jadi, apa yang dilakukan Allah semata-mata karena kasih-Nya yang besar untuk manusia, sehingga Dia rela menjadi manusia agar manusia memperoleh keselamatan. Allah mau menjadi manusia karena Dia sungguh mengasihi kita!
Ketiga, mari kita lihat betapa besar pengorbanan Yosef dan Maria dalam menyambut Tuhan dalam keluarga mereka. Ketika Tuhan memanggil Yosef dan Maria untuk menerima rencana-Nya, dari pihak Yosef dan Maria ada pengorbanan. Yosef harus menerima tanggungjawab sebagai seorang ayah bagi anak yang bukan darah dagingnya, Maria harus menerima kenyataan bahwa dia akan menjadi ibu tanpa menikah terlebih dahulu.
Akan tetapi, pengorbanan Yosef dan Maria ini merupakan efek dari rencana Allah yang begitu luar biasa. Jika demikian, pengorbanan Yosef dan Maria bukanlah sesuatu yang sia-siap. Pengorbanan mereka rupanya demi hadirnya seorang Juruselamat yang akan membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa. Penting untuk diingat bahwa Yesus pun juga nantinya akan mengorbankan diri untuk mati di salib.
Poin pengorbanan dari keluarga ini memberikan kita pesan bahwa sesama anggota keluarga pun harus saling mengorbankan diri demi kebaikan anggota keluarga yang lain. Dalam keluarga, sesama anggota keluarga mesti saling mengasihi tanpa pamrih, dan melepaskan ego demi kebahagiaan bersama. Pengorbanan dalam keluarga adalah cerminan kasih Allah yang hadir dalam hidup kita.
Di tengah dunia yang penuh dengan kesibukan, tantangan, dan konflik, Natal mengingatkan kita akan pesan kasih dan damai yang dibawa oleh Yesus. Dia hadir dalam keluarga kita, memberi kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, saling mendukung, dan menjadi sumber kedamaian.
Dalam kehidupan harian, mari kita jadikan kasih Kristus sebagai pusat hubungan dalam keluarga kita. Kita harus saling mengampuni, menghargai, dan mendukung satu sama lain, seperti yang dilakukan oleh Yosef dan Maria, agar keluarga menjadi tempat yang penuh kasih dan damai.
Selamat merayakan Natal, semoga keluarga kita semakin diberkati dengan kasih Tuhan yang melimpah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H