Di bulan ini, dalam waktu yang hampir bersamaan, kita semua dikejutkan dengan berita kolapsnya bintang tim nasional Denmark, Christian Eriksen dan kematian legenda bulu tangkis Indonesia, Markis Kido.
Christian Eriksen mengalami kolaps saat sedang melakoni pertandingan perdana grup B Euro 2020 antara Denmark vs Finlandia, pada Sabtu (12/6). Mantan pemain Tottenham Hotspur itu tejatuh dan sempat tak sadarkan diri. Beruntung, Eriksen bisa sadarkan diri.
Lain cerita dengan yang dialami oleh Markis Kido. Kido mengalami serangan jantung saat bermain bulu tangkis pada Senin (14/6) di Tangerang. Menurut cerita dari Candra Wijaya sebagaimana diceritakannya melalui instagramnya @cwibc1, Kido sempat bernafas ketika dimasukan ke mobil. Namun, tak terselamatkan sesaat setelah masuk IGD.
Sebenarnya, hal buruk yang terjadi hari-hari ini dalam dunia olahraga bukanlah hal baru. Sudah ada banyak atlet yang mengalami hal buruk tersebut.
Pada 21 November 2020 lalu, legenda Indonesia, Ricky Yakobi meninggal saat sedang berlaga di lapangan hijau. Saat itu, dia sedang bermain dalam sebuah event mini trofi Medan Selection di Lapangan ABC, kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ketika itu, Ricky Yakobi baru saja mencetak gol. Saat hendak berselebrasi, Yakobi terjatuh tak sadarkan diri. Ricky Yakobi sempat dilarikan ke rumah sakit. Tetapi tidak tertolong. Menurut keterangan dokter, Ricky Yakobi terkena serangan jantung (sumber: viva.co.id).
Pada 2019 lalu, mantan kiper Real Madrid, Iker Casillas, juga pernah mengalami serangan jantung. Casillas mengalaminya saat sedang melakoni latihan rutin bersama tim FC Porto. Casillas langsung dilarikan ke rumah sakit CUF Porto. Casillas beruntung karena pertolongan yang amat cepat dari banyak orang sehingga dia masih bisa diselamatkan (sumber: kompas.com)
Serangan jantung memang bukan penyakit sembarangan. Semua orang bisa saja terserang penyakit ini. Dia datang tanpa diundang, tanpa dijemput, tanpa diketahui oleh penderita. Tidak ada yang dapat memprediksinya. Banyak yang bisa lolos, tetapi tidak sedikit yang tak terselamatkan.
Kita tidak bisa mengelak bahwa kalau tidak berolahraga, tubuh akan mudah lunglai dan mudah terserang penyakit. Untuk itu, kita perlu berolahraga, karena baik bagi kesehatan tubuh. Olahraga membuat tubuh lebih bugar dan membuat tubuh sulit terserang penyakit.
Tapi muncul dilemma, karena orang yang olahragapun  terkena penyakit jantung. Alih-alih ingin mendapat tubuh yang sehat, malah terkena serangan jantung.
Maka, satu hal yang penting di sini adalah soal kesadaran akan diri sendiri. Terkadang, kita terlalu terobsesi untuk mendapatkan sesuatu. Kebanyakan orang menggunakan tubuh orang lain sebagai standar tubuh ideal untuk diri sendiri. Kemudian, mereka berusaha keras dengan berolahraga setiap hari agar cepat menggapai standar yang ada. Kesadaran ini sangat penting agar tidak mudah termakan obsesi.
Untuk itu, bagi kita yang bukan olahragawan, mestinya berolahraga secukupnya. Tidak usah terlalu forsir. Tidak perlu cepat-cepat untuk mendapat tubuh yang ideal. Sedangkan bagi para olahragawan (atlet), berlatihlah secukupnya dan perlu juga memperhatikan kehidupan harian, seperti menjaga pola makan dan pola hidup sehat.
Kita perlu sadari cara hidup kita masing-masing. Perlu sadari kondisi tubuh. Tidak perlu memaksa tubuh untuk mengikuti yang ideal-ideal. Dan, jangan lupa untuk selalu bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H