Menghargai Waktu
Perjalanan Menuju Kehidupan yang Lebih Bermakna
Jangan biarkan hari berlalu tanpa menambah kebaikan dalam dirimu, karena waktu adalah kesempatan yang tak akan terulang
Hari demi hari terus berlalu. Waktu bergerak tanpa bisa dihentikan, namun apakah diri kita turut bergerak menjadi lebih baik? Sebuah pertanyaan mendalam yang seharusnya selalu menjadi renungan. Karena sangat disayangkan jika tak ada yang berubah dalam kehidupan kita selain angka pada kalender.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu pernah berkata dengan penuh perenungan, "Tiada hari yang lebih aku sesali selain hari di mana mataharinya tenggelam di hari itu, umurku berkurang, dan amalku tidak bertambah." Kalimat ini begitu menggugah, mengingatkan bahwa setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri yang tak akan kembali lagi.
Sejalan dengan itu, Al Hasan pun memberikan nasihat bijak, "Manusia akan senantiasa dalam kebaikan, selama masih ada penasihat dalam hatinya dan muhasabah selalu menjadi perhatiannya." Muhasabah, atau introspeksi diri, menjadi kunci penting agar kita tetap berada di jalur yang benar dalam perjalanan hidup ini.
Dalam karya monumentalnya, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah menulis sebuah perumpamaan yang mengingatkan kita akan hakikat hidup ini. Katanya, "Sejak diciptakan, manusia selamanya akan terus menjadi musafir. Tidak ada batas akhir perjalanan mereka, kecuali surga atau neraka." Sebagai seorang musafir, manusia tidak seharusnya larut dalam keindahan sementara dunia. Kita seharusnya terus mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju akhirat.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah memberikan nasihat yang sederhana namun begitu mendalam kepada sahabatnya, Ibnu Umar radhiyallahu anhu. Beliau bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara." Ibnu Umar melanjutkan, "Jika engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba. Pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (HR. Bukhari).
Nasihat ini menekankan pentingnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jangan pernah menunda kebaikan, karena kita tak pernah tahu apakah esok hari masih menjadi milik kita.
Dalam salah satu khutbahnya, DR. Husain Alu Syaikh menyampaikan pesan yang sangat relevan, "Bagi orang yang beriman, bergantinya masa berarti bertambahnya ketakwaan kepada Allah." Pesan ini menjadi pengingat bahwa pergantian waktu bukan sekadar fenomena alam, melainkan sebuah tanda untuk terus meningkatkan kualitas iman dan amal kita.
Waktu adalah salah satu anugerah Allah yang paling berharga, namun sayangnya sering kali diabaikan. Mari kita jadikan setiap hari sebagai peluang untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan menebar kebaikan di dunia ini. Karena pada akhirnya, semua perjalanan ini akan berakhir di satu tempat---surga atau neraka.