EMAS DAN TANAH
Â
Kilau dan Makna Kehidupan
Hidup bukan tentang seberapa bersinarnya kita, tetapi seberapa banyak kehidupan yang mampu kita tumbuhkan.
Emas dan tanah, dua elemen alam yang tampak berbeda, menyimpan pelajaran berharga tentang kehidupan. Emas dikenal karena kilauannya yang memukau, simbol kekayaan dan kemewahan. Ia menjadi perhiasan yang dipuja-puja, lambang prestise yang membuat banyak orang ingin memilikinya. Namun, emas hanya berfungsi sebagai benda mati berharga tetapi tak memberi kehidupan.
Di sisi lain, tanah tidak memikat mata. Ia sering dianggap biasa saja, tak ada kilauan, tak ada kemewahan. Namun, justru dari tanah, kehidupan berakar. Tanah menumbuhkan bunga, pohon, dan hasil bumi yang menjadi sumber kehidupan. Kesederhanaannya tidak mencuri perhatian, tetapi manfaatnya dirasakan oleh semua makhluk hidup.
Dalam hidup ini, kita kerap tergoda menjadi seperti emas memikat dari luar tetapi mungkin hampa dari dalam. Namun, apakah itu cukup? Kisah dialog sederhana antara emas dan tanah mengingatkan kita bahwa keberhargaan sejati bukanlah tentang seberapa mengkilap diri kita, melainkan seberapa besar manfaat yang kita berikan kepada orang lain.
Kesuksesan, paras rupawan, atau harta melimpah hanyalah bonus. Yang lebih penting adalah apakah kehadiran kita memberi dampak positif bagi sekitar. Seperti tanah, menjadi dasar yang kokoh untuk kehidupan lain adalah bentuk keberhargaan sejati.
Kesimpulan:
Nilai diri kita bukan ditentukan oleh apa yang kita miliki, tetapi oleh apa yang kita bagikan. Jadilah seperti tanah yang rendah hati namun kaya manfaat, bukan sekadar seperti emas yang mengkilap tapi kosong makna
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI