Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mandiri

4 Januari 2025   07:34 Diperbarui: 4 Januari 2025   07:34 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M A N D I R I

Sebuah Konsep atau Ilusi?

Jangan pernah takut untuk meminta bantuan atau bekerja sama. Menjadi mandiri tidak berarti menolak kehadiran orang lain, tetapi bagaimana kita mampu berdiri tegak dengan dukungan mereka. Jadilah seseorang yang bertanggung jawab atas hidup sendiri, tetapi tetap menghargai peran orang lain di sekitarmu.

Kemandirian sejati bukanlah tentang hidup tanpa bantuan, tetapi tentang tahu kapan harus berdiri sendiri dan kapan harus meminta tangan yang lain untuk saling menopang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mandiri berarti "dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain." Secara harfiah, mandiri berasal dari kata "man" yang berarti manusia, dan "diri" yang merujuk pada individu. Dengan kata lain, mandiri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengelola dirinya sendiri tanpa ketergantungan penuh kepada orang lain.

Kata "mandiri" sering kali menjadi mantra yang digaungkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari anak-anak yang diajarkan untuk belajar mandiri, hingga tuntutan hidup yang memaksa kita untuk menjadi manusia mandiri. Tapi, apa sebenarnya arti dari kemandirian itu? Apakah mungkin seseorang benar-benar bisa menjadi mandiri sepenuhnya?

Kemandirian sering diartikan sebagai kemampuan untuk hidup dan bertindak tanpa bergantung pada orang lain. Dalam konteks tertentu, seperti belajar mandiri, konsep ini mungkin tampak nyata. Namun, jika kita renungkan lebih dalam, adakah manusia yang sepenuhnya mandiri? Bukankah dalam setiap aspek kehidupan, ada keterkaitan dengan orang lain?

Lihatlah anak yang belajar berjalan. Sekalipun terlihat berusaha sendiri, bukankah dia tetap membutuhkan dorongan semangat dari orang tua? Atau seorang dewasa yang dianggap "mandiri" secara finansial. Dari mana ia memperoleh pekerjaan? Bukankah ada pihak lain yang mempekerjakan atau membeli hasil kerjanya?

Kenyataannya, manusia adalah makhluk sosial. Kita saling membutuhkan satu sama lain, meskipun tidak selalu terlihat langsung. Menjadi mandiri bukan berarti menutup diri dari bantuan orang lain, melainkan memiliki kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas hidup sendiri, sembari tetap menjalin hubungan dengan orang lain.

Mungkin lebih tepat jika kita merevisi konsep kemandirian menjadi "kemandirian relatif." Dalam hidup, kita memang perlu berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap membuka ruang untuk kerja sama, saling bantu, dan ketergantungan sehat. Karena pada akhirnya, manusia tidak pernah benar-benar sendiri.

Jadi, alih-alih mengejar kemandirian yang absolut, mungkin lebih bijak untuk fokus pada bagaimana menjadi individu yang bertanggung jawab atas hidupnya, tanpa melupakan peran orang lain di sekitarnya. Kemandirian, dengan cara ini, bukanlah ilusi, tetapi sebuah keseimbangan yang bisa kita capai.

Namun, di balik tuntutan untuk mandiri, ada bahaya tersembunyi yang perlu kita sadari. Ketika seseorang terlalu fokus pada kemandirian, ia mungkin merasa harus menyelesaikan segalanya sendiri tanpa meminta bantuan. Hal ini bisa memicu stres, kelelahan, bahkan kesepian. Padahal, meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan pengakuan bahwa manusia memiliki keterbatasan dan membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi.

Selain itu, masyarakat kita sering kali memandang kemandirian secara sempit, khususnya pada aspek material. Misalnya, seseorang dianggap mandiri jika ia mampu memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri. Padahal, kemandirian sejati mencakup lebih dari sekadar aspek ekonomi. Kemandirian emosional, misalnya, adalah kemampuan mengelola emosi dan tidak bergantung pada validasi eksternal untuk merasa berharga. Hal ini sama pentingnya dengan kemandirian lainnya, tetapi sering terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun