A R I T H M O P H O B I A
Ketakutan yang Menghalangi LogikaÂ
Ketakutan terhadap angka hanyalah bayangan dari pengalaman masa lalu yang sulit. Ketika kamu memberi dirimu kesempatan untuk belajar perlahan, angka akan berubah dari musuh menjadi alat untuk meraih impianmu. Jadikan setiap kesalahan sebagai pijakan untuk melangkah lebih tinggi. Â
Ketakutan hanyalah angka kosong; isilah dengan keberanian, maka nilainya akan berubah menjadi kekuatan
Bayangkan dunia tanpa angka. Tak ada jam yang berdetak, tak ada uang yang dihitung, bahkan tak ada hari yang dapat kita hitung maju atau mundur. Dalam dunia itu, semuanya mengalir tanpa ukuran, tanpa batas, dan tanpa perhitungan. Mungkin terdengar menenangkan bagi sebagian, tetapi bagi sebagian lainnya, itu adalah mimpi buruk yang justru membawa kekacauan. Namun, bagi mereka yang hidup dalam bayang-bayang arithmophobia, dunia tanpa angka adalah utopia yang mereka impikan. Â
Arithmophobia bukan sekadar ketakutan biasa; ia seperti kabut tebal yang menutupi logika dan rasionalitas. Seseorang yang mengalaminya bukan hanya takut pada matematika, tetapi pada simbol-simbol kecil yang mewakili dunia rasional: angka. Ketakutan ini melumpuhkan, menghantui pikiran bahkan dalam keseharian. Nomor telepon, harga barang di toko, atau jam yang menunjukkan waktu---semuanya berubah menjadi rintangan besar yang menguras emosi. Â
Namun, ada yang berpendapat bahwa ketakutan seperti arithmophobia justru dapat dimaklumi, bahkan dimaknai sebagai bentuk pertahanan diri. Tidak semua orang membutuhkan angka dalam kehidupannya sehari-hari. Dunia seni, sastra, dan kreativitas sering kali melampaui batasan logika matematis. Bukankah Einstein sendiri berkata bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan? Maka, mungkin arithmophobia adalah tanda bahwa seseorang lebih berbakat dalam dimensi-dimensi lain di luar angka. Tidak semua orang harus mencintai matematika, karena hidup adalah tentang memilih jalan yang paling sesuai dengan potensi diri.
Namun, logika berkata sebaliknya: dunia kita dibangun di atas pondasi angka. Setiap langkah yang kita ambil, setiap teknologi yang kita gunakan, dan setiap keputusan besar dalam hidup sering kali melibatkan perhitungan. Melarikan diri dari angka bukanlah solusi, tetapi menghadapi ketakutan itu adalah langkah pertama untuk berkembang. Bahkan seni sekalipun sering mengikuti aturan matematis---dari harmoni dalam musik hingga proporsi dalam lukisan. Tanpa angka, dunia ini mungkin tidak akan pernah mencapai kemajuan luar biasa seperti sekarang. Â
Ironisnya, angka adalah jantung peradaban. Mereka menjadi bahasa universal yang memandu manusia untuk menciptakan teknologi, menghitung bintang, dan memprediksi masa depan. Tetapi, bagi seorang penderita arithmophobia, angka justru menjadi monster tak kasat mata yang merusak setiap upaya mereka untuk merasa cukup dengan dunia. Â
Jika kita mampu membongkar kabut ini, memberikan pendekatan yang lebih ramah, dan mengganti tekanan dengan imajinasi, mungkinkah arithmophobia berubah menjadi rasa ingin tahu? Matematika, pada akhirnya, tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang cerita yang mereka ceritakan: bagaimana gelombang di laut mengikuti pola Fibonacci, atau bagaimana sebuah perhitungan sederhana bisa membawa manusia ke bulan. Â
Arithmophobia bukan akhir dari logika; ia adalah tantangan yang menunggu untuk ditaklukkan. Dan seperti semua ketakutan, ia bisa diubah menjadi kekuatan, jika kita cukup sabar untuk menghadapi dan memahaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H