Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bercanda

30 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:00 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BERCANDA

Bercanda yang baik adalah seni memahami batas, di mana tawa tidak pernah dibayar dengan air mata

Jadikan tawa sebagai jembatan untuk saling memahami, bukan sebagai tembok yang memisahkan hati

Bercanda adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang paling umum dan dianggap sebagai perekat dalam hubungan antar manusia. Siapa yang tidak suka tertawa bersama teman-teman atau keluarga? Candaan seringkali menjadi bumbu dalam percakapan, mencairkan suasana, dan mendekatkan hubungan yang renggang. Namun, di balik tawa yang tercipta, ada sisi gelap yang sering kali diabaikan: bercanda bisa melukai.

Nah,.....kita semua pasti pernah mendengar kalimat, "Ah, cuma bercanda kok! Jangan baper!" Kalimat ini sering digunakan sebagai tameng ketika seseorang merasa tersinggung atau terluka oleh ucapan yang dikatakan atas nama candaan. Nyatanya, tidak semua orang memiliki batas toleransi yang sama terhadap candaan. Apa yang dianggap lucu oleh satu orang, bisa menjadi hinaan atau ejekan bagi orang lain.

Permasalahan muncul ketika bercanda tidak lagi memiliki batasan yang jelas. Bercanda tentang penampilan fisik, kelemahan seseorang, atau situasi pribadi yang sensitif sering kali dianggap wajar, selama disertai tawa. Namun, dampaknya bisa sangat dalam. Banyak orang memilih diam meskipun hatinya tersakiti karena takut dianggap 'tidak asyik' atau 'terlalu serius'.

Pada akhirnya, bercanda harus memiliki rasa empati dan kesadaran. Kita harus peka terhadap reaksi orang lain dan memahami kapan harus berhenti. Bercanda yang sehat adalah bercanda yang membangun, bukan yang merendahkan atau mempermalukan orang lain.

Tertawa itu menyenangkan, tetapi jangan sampai tawa kita menjadi penyebab luka bagi orang lain. Karena dalam setiap candaan, ada tanggung jawab yang harus kita pikul: memastikan bahwa semua orang benar-benar bisa tertawa bersama, bukan hanya pura-pura tersenyum untuk menutupi luka.

Menurut saya, penting bagi kita untuk memahami konsep 'bercanda yang bijak'. Candaan yang baik adalah yang tidak merendahkan martabat seseorang dan tidak menyentuh hal-hal yang bersifat sensitif atau personal. Sebelum melontarkan lelucon, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini akan melukai perasaan orang lain? Jika ada keraguan, lebih baik tahan diri dan cari topik candaan yang lebih aman.

Selain itu, kita juga perlu membangun budaya saling mengingatkan. Jika melihat seseorang melontarkan candaan yang tidak pantas, jangan ragu untuk menegurnya dengan cara yang baik. Terkadang, orang tidak menyadari bahwa candaan mereka sudah melampaui batas. Kesadaran ini bisa dimulai dari diri sendiri dan kemudian menular ke lingkungan sekitar.

Terakhir, mari kita jadikan candaan sebagai sarana untuk menyebarkan energi positif. Lelucon yang baik mampu membangkitkan semangat, mempererat hubungan, dan membawa kebahagiaan. Dengan bercanda yang bijak dan penuh empati, kita tidak hanya menciptakan tawa, tetapi juga membangun lingkungan sosial yang lebih sehat dan harmonis.

Terimakasih

Semoga Bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun