Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Berkesan Khitan Anak Pertama

27 Desember 2024   21:14 Diperbarui: 27 Desember 2024   21:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak hebat bukanlah yang tidak takut, tetapi yang tetap melangkah meski ada rasa takut

Khitan atau sunat merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan seorang anak, terutama di kalangan masyarakat Indonesia. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari ajaran agama, tetapi juga memiliki nilai kesehatan. Dalam keluarga kami, proses khitan anak pertama menjadi cerita penuh kenangan yang sarat makna.

Sebagai orang tua, kami menyadari bahwa khitan bukan sekadar prosedur medis, tetapi juga merupakan langkah awal dalam membentuk tanggung jawab dan kedewasaan seorang anak. Sejak kecil, kami sering memberikan pemahaman kepada anak tentang pentingnya khitan, baik dari sisi agama maupun kesehatan. Hal ini bertujuan agar ia memahami bahwa khitan adalah proses yang wajar dan tidak perlu ditakuti.

Namun, tidak semua anak menghadapi proses khitan dengan antusiasme. Beberapa anak mungkin merasa cemas atau takut terhadap prosedur ini. Beruntung, anak pertama kami menunjukkan sikap yang sangat positif. Bahkan sebelum waktunya tiba, ia terus-menerus mengingatkan kami tentang janji untuk mengkhitannya. Hal ini menjadi bukti semangat dan keberaniannya yang luar biasa.

Apa Itu Khitan dan Mengapa Penting?

Khitan adalah prosedur medis untuk menghilangkan sebagian kulit pada ujung alat kelamin laki-laki. Selain menjadi kewajiban, khitan juga memberikan manfaat kesehatan, seperti mengurangi risiko infeksi saluran kemih dan meningkatkan kebersihan pribadi.

Namun, khitan bukan hanya sekadar prosedur medis. Proses ini sering kali menjadi penanda kedewasaan bagi seorang anak. Tak heran, banyak anak yang sangat antusias menantikan momen ini, termasuk anak pertama kami.

Anak pertama kami yang berusia 11 tahun 9 bulan yang kini duduk di kelas 7 SD, si Abang sudah menunjukkan antusiasme untuk dikhitan sejak duduk di kelas 5. Selain itu, kami sebagai orang tua juga berperan penting dalam mempersiapkan mental dan fisiknya. Tidak ketinggalan, tenaga medis yang ahli dalam khitan menjadi bagian tak terpisahkan untuk memastikan proses berjalan lancar.

Keinginan kuat dari si abang untuk segera dikhitan menjadi salah satu hal yang membuat pengalaman ini begitu berkesan. Sejak kelas 5, ia sudah menantikan momen tersebut, bahkan tak henti-hentinya menagih janji saat naik ke kelas 6. Meskipun harus menunggu hingga libur semester, semangatnya tak pernah surut.

Ketika akhirnya tiba hari yang dinanti, ia menunjukkan keberanian luar biasa. Saat tenaga medis tiba di rumah, senyum lebarnya mencerminkan kebahagiaan dan rasa lega. Bahkan pada saat suntikan pertama, meski ada rasa sakit yang terlihat dari ekspresinya, ia tetap tidak menangis. Sikap ini membuat kami sebagai orang tua merasa bangga sekaligus haru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun