mengisi celah hati yang kian terlupa.
Namun di riuh malam yang menghimpit dada,
sebersit bintang menggurat cahaya,
mengingatkan jiwa yang hampir mati,
bahwa esok ada sunyi yang mungkin kembali.
Pikuk
(Bagian 3)
Di ufuk subuh, awan muram bergelayut,
pikuk masih menari, enggan surut,
seolah tiada ujung dari hiruk ini,
bagai gelombang tak henti memukul tepi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!