mengiringkan langkah manusia yang terpaku,
suara-suara menumpuk di langit yang lusuh,
mengabarkan beban, menggantung peluh.
Oh, pikuk, kau kini jadi gurauan takdir,
menuntun raga dalam batas yang getir,
namun di balik ributmu yang memaksa,
terselip cerita tentang harapan yang ada.
Dan aku, meski lelah melangk
ah di arusmu, kan tetap berdiri, menghadapi debarmu,
sebab pikuk bukan akhir dari semua,
melainkan pintu menuju damai yang sempurna
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!