Nak, Dengarkan Kami
Oleh; Abi WihanÂ
Dulu, nak, di zaman kami,
Sekolah tak seperti sekarang ini.
Hanya ada papan tulis reyot,
Dan guru, dengan kapur yang cepat habis.
Guru kami itu, nak,
Tak pernah mengeluh, meski sepatu robek,
Tak pernah marah, meski baju sederhana,
Ia datang setiap pagi, membawa cahaya.
"Kalian harus pintar," katanya lembut,
"Sebab ilmu itu bekal sepanjang hayat."
Kami yang duduk di bangku kayu,
Hanya bisa mengangguk, walau tak selalu paham.
Ah, guru kami, nak,
Dialah yang mengajar kami membaca,
Mengenal angka, dan menghitung mimpi.
Ia sabar, seperti air yang mengikis batu,
Perlahan, tapi meninggalkan bekas.
Tahu tidak, nak?
Dia bahkan berjalan jauh ke desa kami,
Hujan dan panas tak menghalangi langkahnya.
Ia tak pernah kaya harta,
Tapi kaya cinta, untuk kami semua.
Jadi, nak!
Jangan lupa bersyukur.
Guru zamanmu mungkin tak sama,
Tapi hati mereka, percayalah, masih seperti dulu.
Mereka adalah alasan mengapa kita,
Bisa menjadi siapa kita sekarang.
Hormati gurumu, nak,
Karena merekalah cahaya di jalan hidupmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H