Mengingat kematian bukanlah untuk menakut-nakuti diri sendiri, tetapi untuk menyadarkan kita akan pentingnya memanfaatkan setiap momen dengan baik. Dengan menjadikan kematian sebagai pengingat, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijaksana, penuh makna, dan siap menghadapi akhirat dengan bekal amal kebaikan yang cukup.
Hampir setiap hari saya mendengar kabar kematian seseorang, entah itu karena sakit, kecelakaan, bahkan baru-baru ini terdengar kabar kematian tetangga karena tersengat listrik atau kesetrum. Kematian datang dengan berbagai cara dan pada waktu yang tidak bisa diprediksi. Setiap kali mendengar kabar duka tersebut, saya selalu merenung tentang betapa singkatnya hidup ini dan bagaimana kita harus selalu siap menghadapi ajal.
Pengalaman ini membuat saya semakin sadar akan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Mengingat kematian bukanlah hal yang mudah, namun dengan melakukannya, kita bisa mendapatkan manfaat besar yang telah diajarkan oleh para ulama, salah satunya adalah Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Melalui ajarannya, kita diingatkan untuk selalu siap memperbaiki amal perbuatan dan menyiapkan bekal untuk akhirat.
Kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Mengingat kematian memberikan kita perspektif yang berbeda tentang kehidupan dan bagaimana kita harus menjalani setiap hari. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengajarkan bahwa ada manfaat besar dalam mengingat kematian, yaitu pendek angan-angan, bergegas memperbaiki amal perbuatan, dan menyiapkan bekal untuk akhirat. Pendek angan-angan dapat diartikan sebagai sikap tidak menunda-nunda dalam berbuat kebaikan. Melalui artikel ini, kita akan mendalami manfaat mengingat kematian dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebutkan bahwa dengan mengingat kematian, seseorang akan memiliki pendek angan-angan. Pendek angan-angan berarti tidak menunda-nunda dalam berbuat kebaikan. Setiap kebaikan yang dapat dilakukan segera harus dilaksanakan tanpa mengulur waktu. Keyakinan seorang yang pendek angan-angan adalah tidak ada yang bisa memastikan kapan ajal akan tiba, sehingga ia menjadi khawatir jika menunda dan tak sempat beramal, ia pun telah mati.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki angan-angan panjang cenderung suka mengulur waktu dalam beramal, seolah-olah kematian dapat diatur sesuai keinginannya. Hal ini mengakibatkan banyak kesempatan berbuat kebaikan terlewatkan, padahal waktu terus berjalan dan umur semakin menua.
Pendek angan-angan berarti seseorang selalu siap dan segera melakukan kebaikan yang dapat dilakukan saat itu juga. Misalnya, ada kesempatan berbuat baik di waktu pagi, maka langsung dikerjakan tanpa menunggu sore. Dengan pendek angan-angan, seseorang tidak akan membuang-buang waktu yang berharga dan selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik.
Orang yang memiliki angan-angan panjang sering kali menunda-nunda amal kebaikan. Misalnya, ia menunda kebaikan di pagi hari hingga sore atau bahkan hingga esok hari. Kebiasaan ini menyebabkan banyak kebaikan terlewatkan dan amal shalih tidak maksimal. Padahal, waktu terus berjalan dan umur semakin tua, sementara amal belum banyak terkumpul.
Mengingat kematian membuat seseorang lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan. Kesadaran ini membuat seseorang lebih bersemangat dalam memperbaiki amal perbuatan dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Tidak ada yang tahu kapan ajal menjemput, sehingga setiap detik menjadi berharga untuk berbuat baik dan beramal shalih.
Mengingat kematian sering kali dianggap sebagai hal yang menakutkan dan dihindari oleh banyak orang. Namun, sejatinya mengingat kematian dapat memberikan motivasi yang kuat untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik. Berikut beberapa alasan mengapa mengingat kematian dapat menjadi sumber motivasi: