Kekerasan Verbal yang Sering Dilakukan Guru terhadap Peserta Didik Tanpa DisadariÂ
Oleh: Abi WihanÂ
Kekerasan verbal di sekolah sering kali diabaikan, meskipun dampaknya bisa sangat merusak bagi perkembangan psikologis siswa. Kekerasan verbal merujuk pada tindakan menggunakan kata-kata atau bahasa yang merendahkan, mengintimidasi, mengancam, atau menyakiti perasaan orang lain. Di lingkungan sekolah, guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan perilaku siswa. Namun, tanpa disadari, beberapa guru mungkin menggunakan kata-kata atau nada bicara yang menyinggung, merendahkan, atau mengintimidasi siswa. Kekerasan verbal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk stres, kurangnya kesadaran, atau metode pengajaran yang salah.
Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan psikologis yang sering kali tidak terlihat secara fisik, namun dampaknya bisa sangat dalam dan bertahan lama. Kekerasan ini mencakup berbagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menyakiti atau merendahkan orang lain, seperti penghinaan, ejekan, sindiran, dan kritikan yang destruktif. Di sekolah, kekerasan verbal dapat menyebabkan siswa merasa tidak berharga, takut, atau malu, yang pada akhirnya menghambat perkembangan akademis dan emosional mereka.
Kekerasan verbal juga dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat. Ketika siswa merasa terancam atau direndahkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh guru, mereka mungkin menjadi kurang termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif di kelas. Selain itu, kekerasan verbal dapat mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa, serta antara siswa satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menyadari dan menghindari perilaku verbal yang bisa berdampak negatif pada siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan menghargai.
Pendidikan adalah proses yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu secara maksimal. Namun, ketika kekerasan verbal terjadi di dalam kelas, tujuan ini bisa terhambat. Sebagai seorang guru, penting untuk menyadari dampak dari setiap kata yang diucapkan kepada siswa. Pengalaman pribadi sebagai seorang guru menunjukkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan besar dalam membentuk atau merusak kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan perhatian khusus terhadap cara berkomunikasi dengan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung.
Kekerasan verbal yang dilakukan guru kepada peserta didik dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
- Kritik yang Merendahkan : Mengkritik siswa dengan cara yang mempermalukan mereka di depan teman-temannya.
- Nada Suara yang Kasar : Berbicara dengan nada suara yang keras atau mengancam
- Panggilan Nama yang Tidak Pantas : Memberi julukan yang menghina atau memanggil siswa dengan nama-nama yang merendahkan.
- Komentar Negatif yang Berulang: Terus-menerus menyoroti kekurangan siswa tanpa memberikan solusi konstruktif.
Dampak dari kekerasan verbal ini dapat sangat beragam, mulai dari menurunnya kepercayaan diri, kecemasan, depresi, hingga penurunan prestasi akademis. Selain itu, kekerasan verbal juga dapat menyebabkan siswa merasa tidak aman di lingkungan sekolah, yang pada akhirnya menghambat proses belajar mengajar.
Penting untuk diingat bahwa setiap siswa memiliki latar belakang dan kepekaan yang berbeda. Apa yang dianggap sebagai komentar biasa oleh seorang guru bisa jadi merupakan bentuk kekerasan verbal bagi siswa tertentu. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan empati dan menghargai perasaan siswa.
Kesimpulan
- Kekerasan verbal di sekolah adalah masalah serius yang sering kali tidak disadari oleh guru. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan positif, guru perlu menyadari dampak dari setiap kata yang diucapkan kepada siswa. Melalui peningkatan kesadaran dan perubahan cara berkomunikasi, diharapkan kekerasan verbal di sekolah dapat diminimalisir, sehingga siswa dapat belajar dan berkembang dengan optimal. Sebagai seorang guru, penting untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam berinteraksi dengan siswa, demi masa depan pendidikan yang lebih baik.