Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Marbot yang Sabar Ya!

3 April 2024   00:22 Diperbarui: 3 April 2024   00:24 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi marbot masjid adalah sebuah pekerjaan mulia. Marbot melindungi kesucian rumah Allah. Dengan adanya mereka, kita tidak perlu terlalu khawatir tentang kebersihan masjid karena mereka senantiasa menjaganya. Kesucian masjid adalah tanggung jawab mereka, dan ini adalah amal yang sangat mulia. 

Para marbot bukan hanya menjaga kebersihan masjid agar tetap suci dan indah, tetapi juga memakmurkan masjid dengan membantu pelaksanaan ibadah, seperti mengumandangkan azan hingga membantu pembagian zakat dll, Pintu untuk melakukan amalan-amalan baik selalu terbuka lebar bagi mereka. Mereka bisa berdoa, membaca Al-Quran, dan berdzikir di tempat yang suci. Sebagai penjaga masjid, memang memiliki tanggung jawab yang besar. Sabar dan ikhlas adalah kualitas yang sangat diperlukan dalam pekerjaannya. 

Namun, kenyataannya ada marbot yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, tidak menunjukkan sikap baiknya sebagai seorang marbot yang seharusnya memiliki kesabaran.

Saya akan sedikit berbagi cerita pengalaman bertemu dengan marbot yang bikin geram melihatnya, ketika melintasi jalan Medan Banda Aceh, saya singgah di sebuah masjid yang megah berada di pusat perbelanjaan, saya singgah karena ingin buah hajat dan sekaligus sholat Zuhur, karena tidak lama lagi memasuki waktu Zuhur,

Tiba di parkiran, mata tertuju pada pasangan suami istri dan kedua anaknya memasuki masjid dengan tubuh yang terlihat lelah dan sepertinya mereka sengaja ingin beristirahat dan benar saja mereka merebahkan badan.

Sesaat kakiku melangkahkan kaki ke tempat pembuangan hajat, tiba-tiba masuk seorang paru baya dengan wajah yang sangar dan benar saja, saat memasuki pintu masjid terdengar jelas suara pak marbot karena memang suaranya besar den lantang, ia berkata! Kalau mau tidur jangan di masjid, ini tempat ibadah bukan tempat untuk tidur, kalau mau tidur di rumah jangan disini.

Sesak mendengarnya, sambil berlalu pk marbot berjalan menuju tempat berwudhu dengan membawa kain pel namun bibirnya masih terdengar merepet.

Pasangan suami istri hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun, dengan wajah yang sedih dan kelelahan mereka pun bersiap meninggalkan masjid dan melanjutkan perjalanan.

Hatiku terenyuh melihatnya, dan seribu tanya pun mengusik hati dan pikiranku.

Benarkah tidak boleh kita tidur di masjid? Jika emang ia, kenapa ada masjid yang pernah saya temui banyak sangat jamaah tidur di dalam masjid dengan nyaman tanpa ada larangan. Bahkan ada masjid yang menyediakan minuman tuk para jamaahnya yang kehausan.

Mengapa pak marbot marah-marah? Emang tidak bisa berbicara dengan sopan, sampaikan dengan bahasa yang santun tanpa harus marah-marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun