Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tergelitik Status WhatsApp Teman: "Tidak Akan Mati Kekenyangan Tikus di Lumbung Padi"

31 Maret 2024   19:20 Diperbarui: 31 Maret 2024   19:42 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Great Teacher is Inspiring

 

Saat kita melangkah melalui arus informasi yang tak henti-hentinya di dunia digital, terkadang kita menemukan inti kebijaksanaan yang menarik dan tidak terduga. Begitu pula yang saya alami ketika, dalam sebuah momen sederhana, saya menatap layar ponsel dan membaca status WhatsApp seorang teman. Kata-kata yang sederhana namun penuh makna, "tidak akan mati kekenyangan tikus di lumbung padi", menggelitik imajinasi saya dan membangkitkan inspirasi yang tak terduga.

Dari sinilah perjalanan pencarian makna dimulai. Saya menemukan diri saya merenung tentang arti di balik perumpamaan tersebut, menganalisis implikasinya dalam kehidupan sehari-hari, dan pada akhirnya, terdorong untuk menuangkan pemikiran-pemikiran ini ke dalam tulisan. Dalam prosesnya, saya menemukan bahwa inspirasi bisa datang dari mana saja, bahkan dari sebuah status singkat di platform media sosial.

Dalam berbagai budaya, terdapat perumpamaan yang menggambarkan fenomena manusia atau hewan yang tampaknya tidak pernah puas. Salah satu perumpamaan yang umum adalah "tidak akan mati kekenyangan tikus di lumbung padi". Meskipun sederhana, perumpamaan ini mencerminkan fenomena psikologis yang menarik dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.

Frasa ini menyoroti sifat serakah dan tak pernah puas. Tikus, meskipun kecil, adalah hewan yang terkenal akan kebiasaan makan yang tak terkendali. Ketika mereka memasuki lumbung padi, mereka akan makan sebanyak mungkin tanpa memperhatikan jumlahnya. Dalam hal ini, lumbung padi yang seharusnya merupakan sumber kekayaan yang berlimpah, menjadi tempat bagi tikus untuk terus makan tanpa henti.

Analogi ini mencerminkan perilaku manusia dalam berbagai konteks. Banyak orang yang cenderung mengejar kekayaan, kekuasaan, atau prestise tanpa pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka terus mengejar lebih banyak lagi, tanpa memperhatikan apakah kebutuhan dasar telah terpenuhi atau tidak.

Namun, ada juga sudut pandang lain yang bisa diambil dari perumpamaan ini. Di satu sisi, ada keserakahan yang tak terbatas, tetapi di sisi lain, ada ketidaktahuan atau ketidakmampuan untuk menghargai apa yang telah dimiliki. Mungkin tikus-tikus itu tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya merusak sumber makanan mereka sendiri, atau mungkin mereka tidak bisa mengendalikan naluri makan mereka.

Dari perumpamaan "tidak akan mati kekenyangan tikus di lumbung padi" ini, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, kebutuhan manusia tidak selalu berkorelasi dengan kepuasan yang diperoleh dari memenuhi kebutuhannya. Kedua, keserakahan tanpa batas dapat menyebabkan kerusakan atau kehancuran, baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan sekitar. Ketiga, pengendalian diri dan penghargaan terhadap apa yang telah dimiliki merupakan kunci untuk mencapai kepuasan yang sejati.

Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, kita memiliki kemampuan untuk belajar dari perumpamaan sederhana ini. Mari kita introspeksi perilaku kita sendiri, menghargai apa yang telah kita miliki, dan belajar untuk memoderasi keinginan kita. Hanya dengan cara itu kita dapat mencapai kepuasan yang berkelanjutan dan menghindari jebakan "tidak akan mati kekenyangan tikus di lumbung padi" dalam kehidupan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun