Mengajar adalah belajar. Belajar dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Dalam setiap proses pembelaran yang kita lakukan dikelas, pastilah banyak peristiwa yang terjadi, kita sebagai guru hendaknya dapat menelaah bahwa segala peristiwa yang terjadi di kelas dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang mengajar.Â
Hanya saja kita sering gagal dalam menggunakan peristiwa yang terjadi tersebut untuk merefleksikan apa yang sudah terjadi atau memetik sebuah pelajaran.Â
Kita sebagai guru lebih sering menyalahkan siswa akan kegagalan proses belajar mengajar, misalnya siswa malas, kemampuan siswa rendah, dan sebagainya.Â
Sebagai seorang guru harus dapat melihat permasalahan, situasi, dan kondisi pembelajaran dari berbagai perspektif sehingga tidak akan dengan terburu-buru menyalahkan siswa akan kegagalan dari proses belajar yang kita lakukan
Salah satu karakter yang harus dimilki oleh seorang guru adalah Reflektif. Guru reflektif adalah guru yang mau melihat dirinya sendiri. Mau melakukan refleksi dan intropeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Melalui pengajaran reflektif seorang guru akan terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.
Menjadi guru yang reflektif, menurut Harmer (2007: 410) adalah terus berkaca pada apa yang sudah dilakukan. Terus berfikir apa yang kita lakukan dan mengapa. Hal serupa juga dinyatakan oleh Richards & Lockhart (1996) bahwa cara atau pendekatan yang dilakukan oleh guru dimana ia mengeksplorasi apa yang dilakukan dan mengapa melakukannya merupakan bagian dari pendekatan reflektif dalam pengajaran.
Apapun cara yang kita lakukan dalam mempelajari apa yang sudah terjadi selama pembelajaran berlangsung, secara garis besar terdapat beberapa langkah utama yang perlu dilakukan, yaituÂ
- mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas,Â
- membuat asumsi penyebabnya,Â