Semesta, semestinya aku kau beri tanda!
Mungkin kau lupa kalau hati pantang jadi perkara canda
Aku tau kalau kau sengaja selip senyumnya itu tepat saat senja mereda
Ternyata kau memang pandai bercanda
Tapi sekarang, kau kuminta tanggung pesona yang menyesak di dada
Kemarin, aku coba menguras rasa yang masih melanda
Sementara kau terus menertawaiku tanpa jeda
Kau pikir aku ini kelakar murahan penggoda?
Ini gejolak murka, ini bukan mengada-ada
Memang kau mengundang serapah berganda!
Semalam senyumnya datang mengendap-endap nakal penuh nada
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!