Inilah aku,
Dengan segudang duka meleleh di kalbuku,
Mengaduh nyeri setiap penaka waktu berlalu,
Mengerang sakit sepanjang degub hari bertalu.
Dulu,
Aku pikir semua baik-baik saja,
Aku keliru.
Saat lambaian dedaunan jiwaku memanggilmu selalu,
Dan elegi sanubariku berlagu tembang gembira.
Tetapi kini,
Tiada yang bisa aku miliki lagi,
Selain nasibku penat menangkap sunyi,
Dan sekawanan luka berkerat-keratan membakar diri,
Rasanya seperti lahar api bergolak tinggi.
Jika saat ini engkau datang kepadaku,
Aku takut sekali. Aku gemetar kaku.
Kenangan-kenangan usang yang tertinggal di sukmaku,
Dan pucuk cinta yang sudah layu,
Serta belukar rindu yang merunduk malu,
Akan bercerita kepadamu,
Tentang keluhan kepedihan hatiku yang kelu.
Ah, tentang ini,
Aku tak akan pernah mau bercerita lagi,
Di depan horison wajahmu yang selalu rona-ceria,
Sebab, engkau terlalu muda dan belia,
Untuk bisa memahami ini semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI