“Pasti ada yang memprovokasinya, segera usut dan tangkap !”. Seperti itulah kata-kata yang terlontar dari pemerintah ketika buruh, petani, dan rakyat tertindas lainnya berjuang menuntut hak-hak mereka.
Opini seperti ini seolah-olah menunjukkan bahwa buruh, petani, dan rakyat Indonesia yang menuntut pemenuhan hak-hak mereka, sangat rendah di mata pemerintah. Seolah-olah rakyat terlalu bodoh untuk berbicara soal hak-hak dasar mereka.
Memang, sebagian besar dari mereka hanya lulusan Sekolah Dasar, bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. Tapi mereka tidak bodoh, dan apa yang mereka bicarakan tidak mereka pelajari di bangku sekolahan. Setiap hari mereka terus belajar dari keadaan tertindas yang mereka alami. Keadaan tertindas yang mereka rasakan sehari-sehari, telah memaksa mereka untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi, apa yang sebenarnya membuat mereka tertindas, dan bagaimana caranya mengakhiri semua keadaan ini.
Mereka yang tidak suka dengan keadaan ini, bahwa rakyat akan memahami apa yang sebenarnya terjadi, dengan berbagai cara terus berupaya untuk menghambatnya, menyebarkan berita bohong, menunjukkan jalan palsu, termasuk membius otak rakyat dan memaksa rakyat untuk menerima bahwa keadaan yang mereka alami sudah merupakan suratan takdir yang tidak bisa dirubah lagi. Jadi, terus bersabar dan berserah dirilah.
Tidak. Rakyat semakin bosan dengan keadaan tertindas yang mereka rasakan sehari-hari, semakin kuat upaya meredam kesadaran mereka, maka semakin kuat juga upaya rakyat untuk membebaskan diri dari belenggu budaya palsu yang tetap menaham mereka dalam jurang penindasan. Semakin keras upaya untuk mengkerdilkan mereka, justeru semakin besar kekuatan yang akan mereka bangun.
Tidak sedikit kegagalan dan kesalahan kecil dihadapi ketika rakyat mencoba membebaskan diri dari belenggu penindasan ini. Tapi, justeru dari kesalahan dan kegagalan kecil itulah, rakyat terus belajar untuk terus menemukan cara yang tepat hingga akhirnya kemenangan sejati akan mereka raih.
LSM lah, mahasiswa lah, ada kepentingan politik lah, di obok-obok asing lah, selalu dijadikan kambing hitam. Akhirnya, pemerintah tidak pernah berpikir apakah benar yang disuarakan rakyat, lalu bagaimana jalan terbaik untuk menyelesaikannya. Mereka selalu sibuk mencari siapa dalang sebenarnya dari semua keterpurukkan ini, yang sesungguhnya adalah mereka sendiri.
Sejarah adalah guru terbaik, jadi belajarlah dari sejarah. Dan sejarah umat manusia telah membuktikan, bahwa kekuatan rakyat mampu menghancurkan segala bentuk penindasan. Tinggal tunggu saja waktunya, cepat atau lambat, waktu itu akan tiba. Jadi kau sang penguasa, jangan pernah kau remehkan rakyat mu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H