Judul sekaligus pertanyaan diatas barangkali mewakili apa yang dirasakan dan dilihat oleh para pendukung Brazil melihat kondisi timnas kesayangan mereka di era sekarang. Dalam 10 tahun terakhir, 'Tim Samba' hanya meraih 1 gelar turnamen saja, yaitu Copa America 2019. Dan itupun karena faktor menjadi tuan rumah. Selebihnya, Brazil selalu terhenti di perempat final maupun semifinal. Puncaknya, ketika Brazil kalah melalui adu penalti di perempat final Copa America 2024 kemarin. Dan dari sinilah mulainya era 'terburuk' dari Timnas Brazil.
Brazil yang sekarang bukanlah Brazil yang dulu
timnas Brazil di era yang sekarang. Brazil di era zaman dulu, baik di era tahun 70-an hingga 2000-an, selalu menampilkan penampilan dan permainan yang menghibur serta atraktif. Apalagi kerjasama tim yang solid serta skill-skill para pemain yang luar biasa hebat membuat penonton di seluruh dunia sangat kagum dengan Tim Samba. Dari mulai era mendiang Pele, Zico, Romario, Ronaldo Nazario, hingga Ronaldinho, semua menampilkan permainan dan skill yang berkelas. Dan permainan berkelas tersebut menghasilkan 9 trofi Copa America dan 5 trofi Piala Dunia. Jika mereka kalah dan tidak mendapat gelar pun, mereka tetap bermain solid dan menghibur.Â
Barangkali pernyataan diatas sudah cukup untuk melihat keadaan dan kualitas
Memasuki era 2010 hingga sekarang, kualitas permainan Brazil mulai menurun. Terbukti di 5 edisi Piala Dunia (2006-2022), mereka selalu terhenti di babak perempatfinal hingga paling mentok semifinal. Dan yang paling parah serta masih segar dalam ingatan, adalah ketika di semifinal Piala Dunia 2014 yang mana Brazil menjadi tuan rumah 'dibabat habis' oleh Jerman dengan skor 7-1. Dan pemain-pemain Brazil di era yang sekarang lebih mengutamakan individu + ego mereka dan juga 'provokasi' sebagai bentuk kualitas permainan mereka. Padahal yang dibuuhkan sebuah tim adalah kerjasama tim dan attiude para pemain. Sejak Neymar mulai bergabung di timnas, Brazil lebih sering mengandalkan 'keegoisan' dan juga selalu memainkan 'drama' di dalam lapangan. Baik itu drama pura-pura jatuh alias diving, ataupun drama provokasi untuk menjatuhkan mental lawan. Namun, bukannya mental lawan yang jatuh malah mental diri mereka sendiri yang jatuh. Tradisi 'kotor' tersebut kemudian berlanjut hingga sekarang, dimana saa ini pelaku utamanya adalah Vinicius Jr. Selain kualitas permainan yang menurun, Brazil juga selalu salah dalam memilih pelatih. Beberapa tahun terakhir ini, mereka lebih memilih pelatih lokal yang kurang berpengalaman seperti Tite dan yang terbaru adalah Dorival Junior. Hanya Tite yang sebenarnya mampu mempersembahkan 1 trofi Copa America dan runner-up. Namun kedua pelatih tersebut seperti tidak paham mengenai kualitas para pemain Brazil era yang sekarang. Keduanya sama-sama memanggil pemain-pemain Brazil yang bermain di liga top Eropa namun yang bermain di klub medioker. Itu yang menjadi masalah utamanya. Jika Brazil ingin segera bangkit setelah Copa America 2024 ini, maka yang harus Federasi Sepakbola Brazil (CBF) lakukan adalah mengevaluasi kinerja pelatih Dorival Junior atau memecatnya dan lebih cerdas dalam mencari penggantinya yang lebih berpengalaman dan memiliki mental juara. Terlebih juga lebih cerdas lagi dalam memilih kualitas pemain-pemainnya.
Beberapa waktu yang lalu, Ronaldinho yang merupakan legenda Brazil juga sempat memberikan pendapat bahwa Brazil yang sekarang memang sudah tidak menarik lagi. Dan ini seharusnya bisa menjadi masukan yang diterima oleh Vini dkk jika ingin berbenah, namun malah kalimat Ronaldinho tersebut dianggap sebagai 'hinaan' atau bualan. Padahal Ronaldinho berkata yang sebenarnya dan sejujurnya. Semoga Brazil bisa bangkit lagi dengan melakukan evaluasi besar-besaran, agar Brazil bisa kembali menjadi Brazil yang mengerikan dan hebat lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H