Kasus Bullying di Indonesia makin merajalela dan semakin memperihatinkan. Dan yang sangat lebih memprihatinkannya lagi, sebagian besar pelaku dan korban bullying adalah anak-anak remaja yang masih sekolah. Dan bullying yang dilakukan tersebut adalah physical bullying, yaitu perundungan yang dilakukan dengan cara kekerasan. Tentunya, tipe bullying tersebut tidak hanya membuat korbannya sangat kesakitan, namun juga akan menimbulkan rasa trauma atau bahkan jika physical bullying tersebut dilakukan secara membabi buta dengan senjata, korban bisa saja dan bisa jadi tewas seketika.Â
Menurut saya, faktor utama dalam maraknya kasus bullying di Indonesia khususnya di sekolah bukan dari lemahnya penjagaan dan bimbingan dari pihak sekolah, namun karena faktor didikan serta ajaran orangtuanya. Kenapa? Karena seringkali, anak diberikan 'kebebasan' dan kelelaluasaan untuk bisa memilih pergaulan, melakukan tindakan, maupun menuangkan ekspresi. Inilah yang justru akan membuat anak tersebut bukan semakin mandiri dan tumbuh dewasa dengan akal budi, namun malah membuat sang anak tersebut menjadi manja dan salah arah hingga kemudian bertindak diluar batas norma.
Jangan berikan anak kebebasan dalam bertindak dan dalam bergaul dan mulailah bersikap tegasÂ
Jika orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihan dalam berkarir dan bekerja, itu sangat diperbolehkan karena memang masa depan dan cita-cita sang anak tidak boleh dikekang dan orangtua harus mendukung hal tersebut. Namun, jika orangtua memberikan kebebasan anak dalam bergaul serta bertindak dan berekspresi, itu yang bahaya dan tidak semestinya diberikan. Karena di era sekarang, tidak semua pergaulan itu menyenangkan. Bisa jadi, jika diberi kekebasan dalam bergaul, anak akan malah terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan pergaulan yang toxic hingga merubah sifat dan pribadi anak tersebut. Dan jika sudah demikian, anak akan mengikuti arus pergaulan toxix teman-temannya dengan melakukan bullying.Â
Yang berikutnya adalah jangan berikan anak kebebasan dalam hal bertindak dan berekspresi. Jika diberikan kebebasan dalam dua hal tersebut, maka anak akan cenderung salah kaprah dan bisa saja kebebasannya dalam bertindak dan berekspresi akan melukai banyak orang. Jadi, haruslah sebagi orangtua untuk bisa 'tega' dan memberanikan diri untuk tidak memberikan kebebasan dalam 3 hal tersebut dan diganti dengan bimbingan serta didikan yang benar.
Mulailah bersikap tegas kepada anak. Tegas dalam hal ini tak melulu harus menjadi 'galak' atau 'kasar' kepada anak, namun berikan efek jera dengan memarahi yang sewajarnya jika sang anak mulai kelewat batas dalam hal bergaul, bertindak, dan berekspresi. Lakukanlah pembicaraan 4 mata atau 6 mata kepada anak untuk memberikan bimbingan, nasehat, teguran, dan didikan yang baik dan benar jika anak tersebut sudah melanggar peraturan. Dengan melakukan hal tersebut, maka anak akan merasa 'kapok' dan tidak lagi melakukan tindakan serta perilaku yang menyimpang dan melewati batas kewajaran.Â
Ajarkan anak tentang kasih, etika, dan sopan santun sejak dini
Ini yang sudah semakin menghilang dan hampir tidak ada lagi dalam kehidupan, yaitu kasih. Kasih sangat penting untuk diajarkan oleh orangtua kepada anaknya terutama sejak dini, agar saat anak tersebut tumbuh remaja hingga dewasa mereka akan hidup dengan menunjukkan kasih mereka kepada sesama dan saling menyayangi satu dengan yang lain. Kemudian yang berikutnya adalah ajarkan dengan benar kepada anak tentang etika dan sopan santun. Kedua hal ini juga sangat penting agar ketika beranjak remaja hingga dewasa, anak akan menghargai dan menghormati orang yang lebih tua dan yang sepantaran dengan mereka. Dengan mengajarkan ketiga hal tersebut, maka anak ketika di lingkungan sekitar khususnya di sekolah akan mempraktekkan ajaran tersebut dan menerapkannya dengan baik.Â
Sejatinya perilaku dan tingkah laku anak adalah cerminan orangtuanya ketika masih muda. Jika orangtuanya saat muda berperilaku baik, maka sang anak juga mewarisi sifat kebaikan orangtuanya. Â Dan jika orangtuanya di masa muda pernah berperilaku buruk dan melenceng, amaka sang anak juga akan mewarisi sifat negatif tersebut. Oleh karena itu, peran orangtua sangatlah amat penting untuk bisa meminimalisir bullying yang dilakukan kepada anak. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H