Di suatu sekolah, atau juga di semua sekolah di berbagai tingkatan (SD, SMP, SMA) ada berbagai macam karakter anak sekolah, baik di sekolah maupun di dalam sekolah dan juga di luar sekolah. Dan juga berbagai macam kebiasaan serta perilaku anak sekolah yang ada-ada saja dan membuat banyak orang termasuk guru terheran-heran. Di jaman sekarang, masih ada kebiasaan serta perilaku negatif anak sekolah yang sering dilakukan baik disekolah maupun di dalam kelas. Dan kebiasaan serta perilaku negatif tersebut juga sering memakan korban serta juga menjadi hal yang harus menjadi perhatian khusus bagi para guru dan orangtua anak sekolah tersebut untuk lebih memperhatikan dan juga bersikap tegas. Berikut adalah kebiasaan dan perilaku negatif anak sekolah yang masih sering dilakukan.
1. Terlambat masuk sekolah
Kebiasaan ini masih sering terjadi di beberapa sekolah, termasuk di Indonesia. Dan sebagian besar terjadi di tingkat SMP dan SMA. Seringkali anak sekolah terlembat masuk sekolah, baik itu terlambat 5 menit atau bahkan 30 menit. Banyak sekali alasan yang sering dilontarkan anak sekolah ketika ditanya kenapa terlambat masuk sekolah, dan beberapa alaan yang sering terdengar adalah: 'saya rumahnya jauh bu', 'Tidurnya kemaleman bu/pak', 'Angkotnya jalannya lama bu/pak', atau 'bangunnya kesiangan bu/pak'. Alasan-alasan tersebut sering sekali diucapkan untuk menjadi senjata agar bapak/ibu guru mempercayai alasan keterlambatan anak sekolah tersebut. Jika anak sekolah terlambat masuk sekolah sekali dua kali masih bisa ditolerir dan dimaafkan. Namun jika terlambat masuk sekolanya berulang kali dan dilakukan oleh anak yang sama? Lebih baik jangan ditolerir dan jangan dikasihani lagi. Guru harus tegas dalam mengambil keputusan, jika ada muridnya yang terlambat masuk sekolah berkali-kali maka yang harus dilakukan adalah memberikan surat peringatan ke orangtua atau juga hukuman ringan ke murid tersebut agar jera. Dan orangtua juga harus lebih memperhatikan kebiasaan anak tersebut serta mendidik dengan benar agar tidak lagi terlambat masuk sekolah terus menerus.
2. Menyontek saat ulangan dan tes
Kebiasaan negatif ini juga masih sering terjadi dan masih dilakukan oleh anak sekolah baik di tingkat SD,SMP, dan SMA. Saatulangan dan tes jika anak sekolah lupa atau malas belajar, maka mencontek adalah pilihan utama bagi anak sekolah demi mendapatkan nilai terbaik. Dan kadang tidak hanya sendirian saja, melainkan juga kerjasama dengan teman untuk melancarkan aksi menyontek tersebut. Ada berbagai macam cara yang dilakukan anak sekolah untuk mencontek, dari menulis jawaban di tangan, bersiul untuk memberikan kode jawaban, hingga diam-diam memeriksa buku pelajaran di tas untuk melihat jawaban yang benar. Dan sebagian besar aksi tersebut selalu lolos dari pengawasan guru meskipun berbagai cara ketat sudah dilakukan. Namun, jaman sekarang teknologi sudah semakin canggih. Seharusnya para guru bisa memasang CCTV di ruangan kelas di tiap sudut agar bisa memeriksa siapa saja yang mencontek saat ulangan atau tes. Dan dengan solusi tersebut, maka anak sekolah dijamin akan tidak berkutik dan tidak berani mencontek lagi.
3. Geng-genganAnak sekolah juga harus memahami bahwa mereka juga harus bisa menerima kekurangan orang lain dan menerima orang lain apa adanya tanpa membeda-bedakan. Bertemanlah dengan siapa saja dan tinggalkan niat untuk geng-gengan.
Ini juga masih sering terjadi di sekolah-seolah yang isinya siswa-siswi elit dan sederhana. Ada anak sekolah yang akrab dan bergaul dengan semua anak sekolah lainnya tanpa pandang bulu, dan ada pula yang masih pilih memilih teman serta membentuk sebuah geng. Dan geng-gengan inilah yang masih sering terjadi di sekolah yang membuat prihatin. Jika membentuk geng untuk sebuah maksud yang baik dan tidak melukai siswa lain, itu masih wajar. Tapi jika geng-gengan yang bertujuan untuk merendahkan siswa sswi lain yang berbeda nasib serta juga untuk menindas, itu sudah merupakan pelanggaran dan harus mendapatkan perhatian serta hukuman khusus. Peran guru di kasus ini sangatlah penting, yaitu mengajarkan kepada murid-muridnya agar tidak pilih memilih teman dan berteman dengan siapa saja tanpa pandang bulu.4. Bertengkar atau saling labrak karena rebutan pacar
Entah hal ini masih sering terjadi atau sudah jarang, tapi sepertinya masih sering dilakukan di sekolah-sekolah yang ada di kota besar. Ketika anak sekolah pacaran dan putus dan ternyata putusnya karena selingkuh atau direbut oleh teman sekolah atau anak sekolah tingkat dibawahnya, pasti yang merasa diselingkuhi dan merasa kehilangan tersebut akan melabrak si pelaku dan kemudian berantem di luar kelas atau di lapangan sekolah. Kejadian tersebut sontak juga pastinya mengundang banyak siswa siswi menyaksikan kejadian tersebut. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi jika anak sekolah menanggakan ego dan sifat mereka yang kekanak-kanakan. Lagian, pacaran di masa sekolah juga tidak merupakan jaminan akan bertahan hingga menikah. Biasanya yang sering melabrak atau yang sering berantem perkara pacaran dan rebutan pacar adalah siswi (cewek).
5. Bullying
Bullying di sekolah higga kini masih sering terjadi dan seolah- olah tidak ada hentinya dan tidak ada habisnya. Baik itu bullying secara verbal atau bullying secara fisik, semua terus terjadi dan bahkan membuat para korbannya trauma. Dan sebagai guru, bukannya membela yang dibully dan menghukum yang membully, malah melakukan yang sebaliknya. Guru dan kepala sekolah bahkan ada yang menganggap bullying sebagai 'gojekan' atau 'candaan' anak-anak pada umumnya! Gila bukan? Seharusnya kasus bullying seperti ini terutama bullying di sekolah harus dibuat undang-undang khusus beserta hukumannya, agar pelaku bullying jera dan kapok. Meskipun pelakunya anak sekolah baik tingkat SD hingga SMA, tapi bullying itu sudah termasuk tindakan kriminal yang seharusnya bisa dipenjarakan. Semoga saja bullying ini bisa segera hilang dari pikiran anak-anak dan kehidupan bersekolah bisa berlangsung aman.
Sepertinya sudah kehabisan kata-kata dan hilang kesabaran jika mendengar kata yang satu ini.Itulah kebiasaan dan perilaku negatif anak sekolah yang masih sering dilakukan. Semoga dengan memnbaca artikel ini, anak sekolah dan orangtua serta guru bisa memahami pentingnya edukasi dan pendidikan akhlak sejak dini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H