Mohon tunggu...
Mario Amarya
Mario Amarya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Saya hobi menulis dan saat ini sedang mencari pekerjaan tetap yang berhubungin dengan menulis dan menerjemahkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

16 Tahun Menjadi Pendukung Setia Timnas Argentina...

2 November 2023   08:52 Diperbarui: 2 November 2023   09:09 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi bersama Argentina saat menjadi runner-up Piala Dunia 2014 di Brazil. Sumber: getty images (Jamie McDonald)

Sepakbola adalah salah satu olahraga terbaik di dunia dan yang paling banyak penggemarnya. Tak hanya itu saja, sepakbola sekarang juga menjadi tontonan favorit yang seru dan menghibur. 

Ada orang yang selain menjadi penggemar juga bisa bisa bermain sepakbola, ada pula yang hanya menjadi penggemar sepakbola tapi tidak bisa bermain sepakbola, hanya sekedar menjadi penonton saja. Dan saya termasuk dalam penggemar sepakbola yang tidak bisa bermain sepakbola. Hehehe. 

Saya baru menyukai sepakbola dan menonton sepakbola saat usia saya 11 tahun, tepatnya tahun 2007. Dan pertandingan pertama yang saya tonton di TV adalah PSIS vs Persija, yang saat itu liganya masih bernama Liga Djarum. 

Saat itu pula, saya masih belum mengerti sepenuhnya tentang dunia sepakbola, baik dari permainan, transfer pemain, klub-klub kenamaan, dan istilah-istilah sepakbola lainnya. Di tahun yang sama pula, liga Internasional yang pertama kali saya tonton adalah  La Liga yang saat itu disiarkan di RCTI. Kebetulan, yang saya tonton adalah Barcelona vs Valencia. 

Saat itu, saya masih belum tahu siapa itu Lionel Messi. padahal di tahun 2007 Messi memang sudah berada di Barcelona. Dan yang pertama kali saya lihat adalah Ronaldinho. Kemudian di tahun yang sama, ada kompetisi bernama Copa America. Dan di turnamen inilah saya mulai jatuh cinta dan ngefans dengan salah satu timnas terbaik di dunia: Argentina. Di tahun 2007, Argentina masih diperkuat oleh Riquelme, Zanetti, Walter Samuel, Maxi Rodriguez, Carlos Tevez, dan tentunya Lionel Messi. 

Saat itu, usia Messi baru 20 tahun. Saya mengikuti timnas Argentina dan kebetulan saat itu Argentina berhasil melaju ke babak final. Sayangnya, saya saat itu terlambat menonton laga final itu dan tiba-tiba saat saya menghidupkan TV skor sudah 3-0 untuk Brazil yang saat itu jadi lawan Argentina. Dan Argentina harus puas jadi runner-up kala itu. Padahal Argentina belum sekalipun menelan kekalahan saat dari fase grup dan kala itu dihuni pemain-pemain hebat. Tapi, walaupun kalah, saya tetap jatuh hati pada Argentina mulai saat itu.

Ya, sejak saat itu di tahun 2007 saya mulai menjadi pendukung setia timnas Argentina sampai saat ini. Tepatnya, 16 tahun saya menjadi penggemar Lionel Messi dkk. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, kenapa saya sangat menyukai timnas Argentina? Jawabannya adalah, karena timnas Argentina memperlihatkan dan mencontohkan sepakbola yang indah dan mengagumkan. Baik dari segi permainan, pertahanan, dan daya juang serta serangan, mereka selalu mengorganisir dengan sangat baik. 

Ketika ada pemain yang mencetak gol, mereka merayakan bersama. Dan ketika selesai mencetak 1 gol, mereka tidak bernafsu untuk terus menyerang tapi mereka mengutamakan bertahan terlebih dahulu. Permainan umpan mengumpan mereka juga sangat baik dan cantik sekali. Itulah mengapa saya menyukai timnas Argentina, karena gaya bermainnya yang sangat apik dan mempertontonkan indahnya sepakbola. Meskipun kadang mereka kalah, tapi setidaknya ada perjuangan dan perlawanan yang gigih. Memang Argentina 3 kali mearih gelar juara dunia dengan rentang waktu yang lama. 

Dan sebenarnya ada beberapa kesempatan untuk menambah koleksi gelar, namun faktornya ada 2 menurut saya: keberuntungan dan faktor pelatih. Terutama faktor pelatih. Pelatih yang bisa membuat sebuah tim meraih gelar juara itu tentunya bukan pelatih yang sembarangan. Pelatih itu harus memiliki kejelian dan kecerdasan dalam memilih pemain, harus memiliki mental baja dan mental juara, dan juga memiliki pengalaman yang profesional. Itu yang sebenarnya dibutuhkan oleh Argentina. Jika banyak pemain yang bagus, tapi pelatihnya tidak mendukung, jangan harap bisa juara. 

3 pelatih yang membawa Argentina jurdun : Cesar Menotti (1978), Carlos Bilardo (1986), & Lionel Scaloni (2022). Sumber: getty images & photojoiner.
3 pelatih yang membawa Argentina jurdun : Cesar Menotti (1978), Carlos Bilardo (1986), & Lionel Scaloni (2022). Sumber: getty images & photojoiner.

Selama 16 tahun menjadi pendukung setia timnas Argentina dan hanya menonton di TV,  banyak suka dan duka yang saya rasakan. Namun, banyak dukanya. Hehehe. Duka yang saya rasakan tentunya adalah ketika Argentina meraih hattrick runner-up dari tahun 2014 hingga 2016, dimana ketika itu Argentina menjadi runner-up Piala Dunia 2014 dan 2 kali runner-up Copa America 2015 & 2016. Itu sangat menyakitkan bagi saya. 

Sebelum itu, di Piala Dunia 2010 yang mana saya pertama kali menonton Piala Dunia (lewat TV), Argentina tersingkir di perempat final dengan kalah 4-0 dari Jerman. 

Dan kala itu, Messi sama sekali tidak mencetak gol dari fase grup hingga perempatfinal. Dan pelatih Argentina saat itu adalah mendiang Diego Maradona. Meskipun belum bisa menyaksikan tim jagoan saya meraih gelar juara pada saat itu, tapi saya tidak putus asa dan tetap mendukung timnas Argentina apapun yang terjadi. Hingga di tahun 2021, harapan untuk saya melihat timnas Argentina mengangkat piala akhirnya terwujud. Kala itu, Copa America 2021 diselenggarakan di Brazil. 

Dan pada tahun yang sama, Argentina memiliki skuad yang mngerikan serta bagus-bagus di semua lini, dari kiper hingga striker. Dan itu adalah kali pertama Emiliano Martinez debut sebagai kiper timnas Argentina di usianya yang ke 29 tahun saat itu. Tidak terkalahkan dari fase grup hingga semifinal, akhirnya Argentina berhasil melaju ke final dengan melawan tuann rumah yang sekaligus musuh bebuyutan, Brazil. Argentina khirnya unggul 1-0 lewat gol Angel Di Maria. 

Dan sepanjang pertandingan, saya merasa was-was karena Messi dkk terus di bombardir oleh Neymar dkk. Namun akhirnya Argentina berhasil memepertahankan keunggulan 1-0 hingga full time! Dan Argentina membuka puasa gelar dengan juara Copa America 2021 dan meraih gelar tersebut yang ke 15. Perasaan saya saat itu benar-benar terharu dan lega, akhirnya Argentina berhasil meraih gealr Copa America lagi setelah 28 tahun lamanya, tepatnya tahun 1993. Dan ketika itupun saya juga berharap dan meyakini dalam hati saya, bahwa Argentina akan juara Piala Dunia 2022. 

Saya sangat meyakini itu, karena skuad yang dibawa adalah skuad yang sama dengan saat juara Copa America 2021. Di Piala Dunia 2022, saya sangat yakin bahwa Argentina bisa melaju jauh hingga ke final. Namun, harapan itu hampir terkikis ketika Argentina secara mengejutkan kalah dari Arab Saudi dengan skor 1-2. Padahal di babak pertama, Argentina unggul 1-0 lewat gol penalti Messi. Saya sempat khawatir apakah Argentina bisa lolos dari fase grup atau tidak, karena Argentina berada di grup C bersama dengan Meksiko dan Polandia. Tentunya juga bersama Arab Saudi. 

Singkat cerita, akhirnya dengan lega serta dag-dig-dug Messi dkk berhasil lolos dari fase grup. Tentunya perjalanan Messi dkk dari babak 16 besar menuju ke final tidaklah mudah. Sempat menghadapi perlawanan sengit dari Australia namun akhirnya menang dramatis di 16 besar, sempat hampir menang lawan Belanda namun harus lewat adu penalti di babak perempatfinal, di semifinal menang mudah melawan Kroasia, dan akhirnya berjumpa dengan Prancis di final. Saat babak pertama, kelihatannya akan berjalan mulus hingga 2 babak saja karena Argentina unggul 2-0. Namun, ternyata tak semudah itu. 

Di baabak kedua skor harus imbang 2-2. Dan hingga berlanjut extra time pun, saya masih harus dibuat deg-degan lagi karena harus kembali imbang 3-3. Khawatir kalah lewat adu penalti, namun akhirnya deg-degan itu berbuah lega dan manis karena Argentina menang dan keluar sebagai juara! Perasaan saya sangat jauh berbeda dengan Argentina juara Copa America 2021. Kala itu, hampir setahun yang lalu, saya merasa terharu dan benar-benar bangga karena momen penantian 36 tahun itu dibayar dengan sangat tuntas. Messi akhirnya berhasil meraih piala dunia pertamanya bersama dengan pemain-pemain Argentina lainnya. Sungguh peristiwa yang sangat laur biasa, terutama bagi saya yang setia mendukung timnas Argentina apapun yang terjadi. 

Messi bersama Argentina saat menjadi runner-up Piala Dunia 2014 di Brazil. Sumber: getty images (Jamie McDonald)
Messi bersama Argentina saat menjadi runner-up Piala Dunia 2014 di Brazil. Sumber: getty images (Jamie McDonald)
Messi dan Argentina saat runner-up Copa America 2015 di Chile. Sumber: getty images (Gabriel Rossi)
Messi dan Argentina saat runner-up Copa America 2015 di Chile. Sumber: getty images (Gabriel Rossi)
Messi dan Argentina saat kembali menjadi runner-up ketiga kalinya di Copa America 2016 U.S.A. Sumber: getty images (Tim Clayton)
Messi dan Argentina saat kembali menjadi runner-up ketiga kalinya di Copa America 2016 U.S.A. Sumber: getty images (Tim Clayton)
Messi dan Argentina saat menjuarai Copa America 2021 di Brazil. Sumber: getty images (NurPhoto)
Messi dan Argentina saat menjuarai Copa America 2021 di Brazil. Sumber: getty images (NurPhoto)
Messi dan Argentina saat menjuarai Piala Dunia 2022 di Qatar. Sumber: getty images (Dan Mullan)
Messi dan Argentina saat menjuarai Piala Dunia 2022 di Qatar. Sumber: getty images (Dan Mullan)

Itulah cerita saya tentang 16 tahun menjadi pendukung setia timnas Argentina. Argentina punya Messi, tapi tidak melulu juga soal Messi. Masih banyak pemain Argentina yang bagus lainnya yang mengantre untuk menjadi pemain inti dari timnas Argentina. Dan saat Messi pensiun nanti, saya tidak khawatir dengan timnas Argentina. Karena, timnas Argentina akan tetap superior dan berjaya meskipun Messi pensiun nantinya. Saya juga yakin mungkin ada banyak penggemar timnas Argentina yang jauh lebih tua dari saya, yang masih dan tetap setia mendukung timnas Argentina. Apapun yang terjadi dan apapun keadaannya, timnas Argentina selalu di hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun