Aku dalam perjalanan pulang di kereta yang penuh-sesak di akhir pekan. Aku bangun tidur pagi-pagi sekali untuk bisa menyaksikan akad nikah salah satu teman baikku semasa kuliah. Sekarang, di kereta yang berdesakan ini, aku merasa mengantuk. Musik! Itu yang kubutuhkan untuk membuatku tetap terjaga karena tertidur sambil berdiri di sini bisa membahayakan.
Dengan sedikit bersusah payah aku mengeluarkan earphone dari sling bag-ku dan mulai memainkan jari-jariku menyusuri playlist di salah satu aplikasi music streaming di ponselku. Lalu aku membiarkan aplikasi tersebut memutar salah satu album di playlist-ku.
"Wow! Album ini sudah cukup lama usianya tapi masih terdengar baru hingga kini! Bagaimana bisa?", pikirku yang terkesan dengan alunan lagu-lagu yang keluar dari earphone-ku.
Pikiran itulah yang menginspirasiku menulis tulisan tentang album yang pada hari ini genap berusia setengah abad. Ya, salah satu album pop terbaik yang pernah aku dengarkan : "1989".
Dirilis pada tahun 2014, album ini menjadi penanda transisi penuh seorang Taylor Swift dari genre country ke genre pop. Album ini menuai banyak kesuksesan. Salah satunya penghargaan Album Of The Year dari Grammy Awards. Bertahun-tahun setelah itu, aku semakin yakin bahwa album ini pantas mendapatkan penghargaan tersebut.
Detail-detail produksi dalam album ini sangat mengesankan. Detak jantung Swift yang digunakan sebagai beat sepanjang lagu "Wildest Dreams" menambah kesan sensual dan dreamy lagu tersebut. Suara klik pulpen dalam lagu "Blank Space" yang penuh nada sindiran seolah memberi tahu kesiapan Swift dalam menambahkan namamu di daftar panjang mantan kekasihnya. Belum lagi, refrein dalam lagu "Out Of The Woods" yang dibuat repetitif memberikan gambaran sempurna tentang kegelisahan yang bergema dalam sebuah hubungan. Semua detail produksi yang mengesankan tersebut membungkus lirik-lirik lagu yang cerdas dan tetap tajam, khas Swift.
Penentuan urutan lagu yang kohesif membuat pesona album ini semakin bersinar. Dibuka dengan lagu "Welcome To New York", seolah memberikan gambaran bagaimana rangkaian kisah yang coba diceritakan dalam album tersebut bermula dari sebuah kota yang mendapat julukan Big Apple. Naik-turunnya kisah tersebut ditutup dengan pernyataan bahwa Swift pada akhirnya mendapati dirinya "bersih" dari sosok yang menjadi pemeran utama kisah tersebut, sebagaimana disampaikan dalam lagu penutup "Clean".
Pemilihan single dari album ini pun sangat sempurna. Setiap single merupakan representasi terbaik dari album pop yang luar biasa ini dan diberikan perlakuan visual yang sangat baik dalam bentuk video musik yang mencetak jutaan viewers di YouTube. Siapa yang bisa melupakan tarian-tarian Swift yang jenaka dalam video "Shake It Off"? Atau penampilan ala film laga Swift dalam video "Bad Blood" yang bertabur bintang? Setiap visual dibuat semenarik mungkin sehingga bila kita mendengarkan lagu-lagu yang menjadi single tersebut, kita akan dengan mudah memutar video musiknya di benak kita.
Sebagai sebuah album, "1989" diciptakan dengan selengkap dan sedetail mungkin. Itulah mengapa hingga lima tahun kemudian, album ini masih terasa baru dan tidak kehilangan pesonanya bila didengarkan. Aku sendiri yakin untuk sepuluh, lima belas atau mungkin puluhan tahun kemudian album ini masih dapat mempertahankan pesonanya. Swift sudah berhasil menciptakan sebuah karya pop yang akan masuk ke dalam katalog album yang tak lekang oleh waktu.
Note :Â
You can also read this article on Medium https://medium.com/@marioagustinus18/kilas-balik-1989-dan-pesonanya-c08c5bd24043Â