Saya pertama kali menekuni awal season Film Prison Break di masa Covid-19. Rasanya sia-sia jika waktu yang lumayan kosong berkepanjangan ini terlewati tanpa diisi dengan suatu kegiatan produktif. Sebagaimana anjuran pemerintah, atau siapa saja, untuk tetap berproduktif dari rumah. Tanpa berpikir panjang, sambil nyantai di sela kasibukan, saya pakai waktunya untuk mengeksplorasi film besutan Paul Scheuring itu.
Hari kamis malam, saya menghabisi episode terakhir dalam serial drama apik yang rencananya akan menelurkan the next season lagi. Ke lima season awalnya saya selesaikan hampir sebulan waktunya, mengingat  tidak mungkin saya non-stop untuk di depan laptop terus. Sebenarnya saya tau film ini dari rekan kerja yang sukanya berselancar di dunia kebioskopan. Memang keliatan kalo saya terlambat dalam mengikuti perkembangan dunia perfileman. Di sisi lain, benar, saya bukan seorang maniak layar kaca beginian.
Tidak heran jika butuh waktu agak lama untuk dilahap semua seasonnya. Setiap season terdapat sekian episode yang durasinya hampir sejaman. Tetapi tak masalah. Dan, lebih tepatnya, mari menonton dengan seduhan teh hangat dan pisang goreng, atau bagi mereka penyuka kopi hitam, bisa sembari mengepulkan asap rokok.
Agara nampak produktifnya, setelah menonton, saya coba menyimak apa-apa yang bisa disadur dari hasil petualangan sebulan bersama Michael Scofield (Wentworth Miller), Lincoln Burrows (Dominic Purcell), dkk. Eh, juga Sara Tancredi (Sara Wayne Callies), sang kekasih Scofield yang menambah aroma romantisme film.
Berikut hal-hal positif yang layak untuk diambil. Setidaknya, walaupun filmnya garapan fiksi, sadurannya bisa diterapkan dalam keseharian kita. Â Tanpa menafikan, ada juga tidak sedikt hal yang harus kita tutup mata terhadapnya. Atau pake istilah lain, jangan ditiru.
Tapi, baiklah. Ini yang boleh.
Pertama, secara keseluruhan, serial drama Amerika ini mengisahkan tentang perjuangan. Kisah perjuangan berawal dari aksi Scofield seorang arsitek, insinyur kelas kakap. Dengan badan penuh peta penjara, dia berusaha untuk mengeluarkan kakaknya, Burrows. Burrows sendiri dipenjara, dengan tuntutan hukuman mati, atas tuduhan pembunahan Terrence Steadman (Jeff Perry) yang merupakan saudara kandung Wakil Presiden Amerika.Â
Perlawanan untuk sebuah keajahatan yang teroganisir musti dihadapakan dengan rencana yang teroganisir pula. Sampai pada akhir season empat, bersama Fernando Sucre (Amaury Nolasco), Theodore "T-Bag" Bagwell (Robert Knepper), Benjamin Miles "C-Note" Franklin (Rockmond Dunbar) dan Alexander Mahone (Wiliam Fichtner), mereka menghancurkan Company. Biang keladi rekaya pembunuhan oleh Burrows.
Kedua, Film yang pertama kali dirilis pada 29 Agustus 2005 ini cukup memberi kesan yang mendalam tentang arti persahabatan dan kekeluargaan. Sekumpulan napi yang pada awalnya memiliki motif yang berbeda untuk melarikan diri dari penjara, setelahnya membentuk chemistry. Terkadang, untuk membentuk tim yang kokoh dan satu, perlu adanya musuh bersama (common enemy). Dan, dengan semangat yang sama, mereka tak tanggung-tanggung menghancurkan sang Jenderal Krantz.
Ketiga, Prison Break manampilkan imajinisi rasional yang dimiliki Scofield dan Mahone. Penulis cerita ini, menurut saya, memiliki imajinasi yang sangat tinggi. Setiap adegan yang ditampilkan membuat kita yang menonto terkagum-kagum dengan alurnya. Susah untuk ditebak. Seolah Scofield lah sang jeniusnya.Â
Tetapi, rencana yang matang belum lah cukup. Di setiap kejadian, selalu menarik plan B untuk dilakukan. Dan, Scofield melakon itu dengan cukup rapi. Benar kata eyang Einstein, imajinasi melebihi pengetahuan. Berkat pengetahuan dan tentunya imajinasi Scofield, dia mampu menembusi setiap tembok penjara.Â