Mohon tunggu...
S. Marindra
S. Marindra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik dan Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19 dan Self Healing with Alpha

30 Maret 2020   22:27 Diperbarui: 30 Maret 2020   23:00 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.instagram.com/alphamovement.id

Tadi malam untuk yang kedua kalinya, saya mengikuti pelatihan Self Healing with Alpha oleh Kang Dani Adam. Dan, saya merasa bahwa beberapa hal barangkali perlu saya tuliskan.

Pertama, tentang mengenali diri. Saya sebenarnya diperkenalkan konsep ini sejak kelas 3 SMA. Sudah lama sekali. Saya menerimanya dan memahaminya berkat dorongan kalimat "Kenalilah dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu". Saya berhasil menemukan jawaban benar setelah berkali-kali menemukan jawaban sesat. Setelah saya konfirmasi ke yang lebih ahli, ternyata kebenarannya sudah tidak diragukan lagi.

Tadi malam, Kang Dani membawa saya lebih jauh mengenal diri sendiri. Kami diberikan penjelasan bahwa secara ilmiah di dalam otak memang ada dua bagian yang kerap bertentangan. Yakni Limbic tempatnya ragu dan emosi sesaat, serta Prefrontal Cortex (PFC) tempat empati, simpati dan hal-hal yang kita sepakati baik. Limbic akan menang jika pertimbangan tidak disampaikan terlebih dahulu ke PFC.

Kedua, tentang fungsi amigdala, hypocampus dan hypotalamus. Bila tidak segera disadari, maka perasaan, kebiasaan, dan perilaku kurang baik yang telah lama berulang pada diri kita tak akan pernah bisa kita kenali, terlebih lagi kita kendalikan.

Selanjutnya tentang sifat air berdasarkan penelitian Masaru Emoto. Saya membaca bukunya sejak masih kuliah. Tapi lagi-lagi saya hanya mengerti menggunakan teori itu untuk lawan bicara, bukan untuk diri sendiri. Lewat pencerahan tadi malam, saya jadi mengerti bahwa air adalah konsep dasar dari sebuah penerimaan yang akhirnya akan bermuara pada suasana hati yang kita sebut 'Damai'.

Berkaitan dengan Covid-19. Kami diberikan pandangan lain tentang bagaimana jika kita berdamai saja dengannya? Bukankah perang hanya akan membuat salah satunya kalah? Yang berperang adalah antibodi. Jika ia kalah, maka matilah kita. Jika pun menang, kita tetap saja akan sakit dulu. Dengan mengenalinya terlebih dahulu, suatu saat jika memang ia datang bertamu, sang antibodi sudah kenal sebelumnya. Antibodi akan siap menerimanya dan tubuh akan tetap sehat.

Pelajaran tentang diri, pun pelajaran tentang menjadi manusia barangkali tak akan ada habisnya. Seperti halnya hidup, tidak akan sampai ia pada kesempurnaan bila belum tiba pada kematian, bukan? Tapi bukan berarti pula anda harus bunuh diri untuk cepat menemuinya. Bunuh diri adalah hal lain.

Jika memang sudah saatnya ajal menjemput, paling tidak kita sudah tahu sudah sejauh mana kita berusaha menjadi manusia dan mengenali diri di hadapan Sang Khalik. Itu saja.

Terima kasih banyak atas pencerahannya, Kang!
Stay Alpha!
Salam Alpha!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun