Mohon tunggu...
S. Marindra
S. Marindra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik dan Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat dari Seorang Kakak kepada Adiknya di Kampung Jauh

22 Maret 2020   17:33 Diperbarui: 22 Maret 2020   17:35 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kawalcorona.com/22 maret 2020-17.03

Namun, jika engkau tahu bahaya di depanmu dan tidak segera mencari tempat berlindung, bukankah itu sinonim dengan bunuh diri? Jika tak sepakat dengan ungkapan "bunuh diri", janganlah kita seolah-olah sedang menguji Tuhan. Sebab, siapakah kita ini yang merasa punya hak menguji-Nya? Alangkah sombong kita ini, Dik, padahal dosa pun begitu hitam dan tebal.

Maafkan kakakmu yang terkesan marah-marah ini, Dik. Kakak hanya sedang membuang pikiran-pikiran yang sedang menganggu. Waktu kakak, bisa jadi, tidak lagi lama. Kakak takut tidak sempat menyampaikannya dan waktu sudah keburu habis.

Adikku yang kusayangi, bila boleh, kakak ingin menitip salam buat para dokter dan tenaga medis kita. Kakak mendoakan mereka senantiasa kuat. Jika nanti engkau bertemu mereka, jangan lupa engkau sampaikan, ya.  

Mereka luar biasa dan patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya. Di saat harus menjaga diri dan keluarganya sendiri, mereka dengan ikhlasnya mengurusi pasien. Padahal resiko tertularnya hampir seratus persen. 

Sungguh, itu sebuah pengorbanan yang luar biasa. Berjuta-juta salut untuk mereka. Kita doakan juga pihak manajemen rumah sakit yang telah menolak penderita wabah ini, agar segera insyaf dari perburuan bisnisnya. Atas nama kemanusiaan. Kita berharap pula agar rumah sakit yang belum dilengkapi perlengkapan memadai untuk menangani ini segera dibenahi. Dan, semoga pemerintah tahu harus berbuat apa.

Dik, kakak memiliki kekhawatiran lain yang tak kalah besarnya. Mengingat tingkat kematian warga kita akibat virus ini adalah yang terbanyak di ASEAN, dengan jumlah penduduk yang begitu banyak serta bentang alam sangat luas, sebenarnya itu berarti negara kita berpeluang membuat jumlah penderita jauh melampaui negara ASEAN lainnya. Tapi, semoga saja kekhawatiranku ini tidak menjadi kenyataan. Jangan sampai.

Kekhawatiran paling buruk, mungkin saja negara kita akan memimpin daftar penderita dalam beberapa waktu ke depan. Kekhawatiran itu muncul setelah menyaksikan jalan-jalan yang masih penuh, mall yang masih buka, tempat wisata yang masih ramai, ditambah lagi wakil rakyat di beberapa tayangan malah memberi contoh tak bagus sebab menolak diperiksa. 

Padahal, negara besar yang hari ini menerapkan aturan sedemikian ketat saja masih terus bertambah korbannya. Sedangkan kita? Tapi, lagi-lagi kakak berharap itu tak pernah terjadi, Dik. Jangan sampai terjadi.

Mungkin itu saja dulu, Dik. Jaga dirimu baik-baik, ya. Engkau menjaga diri, berarti engkau telah menjaga ayah-ibu, keluarga, dan orang-orang sekampung kita. Jangan segan mengingatkan untuk berjaga-jaga. Jangan lupa doakan kita semua. Barangkali ini juga cara Tuhan menegur kita. Barangkali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun