Mohon tunggu...
Marina Novianti
Marina Novianti Mohon Tunggu... lainnya -

ciptaanNya yang bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bumiku Tuna Warna

2 Juni 2014   16:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bumiku tuna warna
sirna semburat bianglala
spektrum cahaya merah ke ungu
tinggal guratan lukisan pilu

bumiku nazak merana
segala darah meraung derita
sel bakteri hingga adam hawa
menghitung nafas tersisa di raga

berduka Bunda di pelukan Ayah Agung
di atas ranjang alam semesta
berderai isak, ratap merundung
anak utama semakin jumawa
tak sadar bumi bukanlah panggung
bukan pemain, melainkan pemelihara

bumiku pucat lesi
keranda berdebu menanti

MN, Februari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun