Mohon tunggu...
Muhammad Arif Romadoni
Muhammad Arif Romadoni Mohon Tunggu... Guru - Sedang belajar bersyukur

Seorang yang sedang belajar menjadi guru dan belajar bersyukur. kunjungi saya di blog http://gurusma.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Sudut Asrama Sebuah Pesantren

5 Januari 2013   04:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesantren sedang geger, terjadi kegaduhan dan kacau balau. Beberapa santri mondar mandir keluar masuk kamar santri lainnya di Asrama Walad. Di beberapa kamar di asrama walad (laki-laki) seorang santri berbincang dengan temannya.

Sandi: Besok pagi ada pemeriksaan rambut oleh ustadz kesiswaan, gimana nih?

Bejo: yoi.terus bang?

Sandi: bagaimana bang kalau kita data santri-santri yang pengen cukur.

Bejo: betul bang, mari kita datang ke setiap kamar untuk mencari yang mau cukur.

Sandi: assalamualaikum, dek ada disini yang mau cukur? kalian tau khan besok ada pemeriksaan rambut. kalian mau di suruh nanti berdiri hormat bendera satu harian?

Andi: ada bang, aku mau cukur, bang. Abang bisa cukur?

Sandi: oh.. abang gak bisa mencukur, tapi abang mau mendata berapa orang yang mau cukur, baru abang ajak tukang cukur langganan abang datang ke pesantren.

Frans: oke bang, aku mau.

Sandi: Jo, catat.

Bejo: beres, bang.

Dedi: aku juga ya bang

Sanjay: aku bang

Doli: tolong aku ya bang, karena wali kelasku dah ngasi peringatan sama aku. Aku satu ya bang?

Sandi : oke, abang usahakan ya dek, yang penting siapkan aja duitnya

Para Santri: oke bang.

Sandi: akhirnya terkumpul 36 orang ya, Jo.

Bejo: yoi bang kita bisa banyak duit nih.

Sandi menelepon tukang cukur langganannya yang ada diluar pesantren dan tercapai kesepakatan untuk datang malam ini jam 20.00 wib.

Tepat pukul 20.00 wib semua santri telah berkumpul di depan kamar Sandi. Kemudian satu persatu santri dipanggil masuk kekamar layaknya pasien rumah sakit yang ingin berobat.

Sandi : Andi, masuk!

Andi: ya, bang.

Sandi : Frans!

Frans: ya bang.

Sandi: ricky!

Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 wib si tukang cukur terlihat lelah kemudian ia menelepon temannya yang juga sama tukang cukur untuk datang membantu mencukur/memangkas santri.

Sandi: Legiman!

Legiman: ya bang. (dengan terkejut karena ia baru saja duduk tertidur di serambi kamar)

Ketika legiman sedang dicukur semua orang yang melihatnya tertawa cekikikan karena ia terlihat mengantuk dan berkali-kali si tukang cukur/pangkas menegurnya.

Sampailah urutan santri ke 36, jam menunjukkan pukul 01.30 wib sementara cuaca di luar sudah mulai turun hujan begitu derasnya dan kilat yang menggelegar.

Akhirnya tukang pangkas pulang dengan mendapat penghasilan empat ratus ribuan dan sandi cs memperoleh enam puluh delapan ribu rupiah karena jasa menyediakan tukang cukur dadakan dan santri terselamatkan dari hukuman esok harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun