Meskipun masalah agamanya berbeda tetapi intinya sama, keadaan demokrasi berdasarkan kebersamaan telah berubah dengan naiknya para pendukung populis agama. Di seluruh dunia termasuk Indonesia para pemimpin populis telah menunjukkan kesediaan mereka untuk menginjak-injak institusi demokrasi dengan penindasan minoritas untuk melihat agenda politik mereka terwujud namun ketika melakukan pembelaan diri mereka selalu menggunakan demokrasi sebagai tameng. Ketika tokoh populis mendapatkan pijakan yang lebih kuat, tahun 2020-an bisa melihat lebih banyak hal yang sama. Kita akan menjadi bangsa yang makin terpecah dan terbelah karena para pemimpin populis sendiri sudah menjadi super hero bagi pendukungnya. Apapun kelemahan dan kerusakan yang ditunjukan ada pada tokoh populis tidak akan berguna. Mereka hanya terus berkata bahwa itu adalah tipuan para elit dan tindakan berat sebelah yang dibuat untuk merusak nama baik hero-nya. Para tokoh populis telah berhasil menciptakan keadaan "kita atau mereka".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H