1998 aku mulai membiarkan
Berselang lama aku merasakan hentakan dalam dusta
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam
Kapan aku melaluinya dengan hormat?
Rasa kecemasan menghantui
Kertas putih usang
Berisi tulisan-tulisan aksara
Perlawanan dan doa
Rasa perih setiap kali dibaca
Aku tau Tuhan itu baik
Dan aku tau semua orang mengenalnya dengan baik
Orang tampan dan pemberani
Buronan dalam tempo yang bertingkat
Mata menjadi ancaman
Suara akan selalu dibungkam
Dan akan terus melahirkan bibit perlawanan
Kini semua itu hanyalah ingusan
Yang selalu menghantui setiap hari
Janji yang dikumandangkan
Tidak pernah bersuara dan selalu sepi
Aku rasa itu bukan aib
Kami semua menolak lupa
Kini genggamanku telah usai
Melihat anak-anakku tumbuh besar
Tapi, melihatmu kembali kapan?
Kini Tuhan telah menjemputku
Dan semoga kita tetap abadi dan menyala
Untuk Sipon
Dan Wiji Thukul
8 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H