Mohon tunggu...
Marifatul Imam Syabani
Marifatul Imam Syabani Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis abal-abal

Mari belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hidup yang Dangkal Sekali

7 Juni 2021   13:18 Diperbarui: 7 Juni 2021   13:47 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekian lama akhirnya ku mengetik kembali, sebuah cerita eh lebih ke pengalaman hidup yang dimana itu menimbulkan tanya yang cukup besar.

Apa itu? Sedari kecil kita sudah dibentuk dari lingkungan yang lunak. Sekalipun lunak bisa dikeraskan dengan otak dan tindakan yang nyata, walaupun kau tau itu melanggar norma dalam bermasyarakat. Tapi kau yakin itu benar, maka lakukanlah.

Kita beda generasi bukan? Bukannya kau juga harus mengikuti generasi yang baru? Mulai dari pola pikir, bahasa, dan lain sebagainya.

Tapi apa? Kenapa harus mengikuti generasimu pak? Kenapa? Zaman ubi kayu gak akan sama dengan gaya kopi susu. Begitu pula pola pikir, PNS tidak akan sama dengan pekerjaan yang mengandalkan adsense. Iya aku tau PNS akan menjamin hidupmu sampai 60 tahun, tapi adsense tidak hanya berpatokan pada realita hidup, tapi lebih ke real life baik dari fashion, pola pikir, dsb. Bukannya jadi PNS gak baik.

Lalu kenapa kau menginjak hidupmu hanya demi sebuah kebahagian padahal kau tidak menginginkannya? Kalau dari ortu so gpp, tapi kalau hanya sekedar mengikuti, please pikirkan baik-baik. Kebahagian itu gak akan bisa terjalin. Maka belajarlah mengendalikan sesuatu, seperti di bukunya Hanry Manampiring Filosofi Teras.

Lalu intinya apa sih?
Kok lu sok-sokan nulis?
Tulisanmu masih kere!

Iya aku tau, penulis bewbie sepertiku hanya membutuhkan waktu untuk dipercaya, aku hanya akan memutar otakmu dulu ya. Seperti sihir harry potter dan sihir dari Magna Senpai, kenapa gak Asta aja? Asta kan gak bisa menggunakan sihir wkwk.

Kerasnya hidupku dan hidupmu mungkin berbeda, ya beda kali ya. Apa anggapanmu tentang kebahagiaan? Memiliki ortu yang utuh, kalau gitu yang ortunya udah gak ada tidak bahagia ya? Tidak adil dong hidup ini. Memiliki harta, penggemar yang melimpah, kalau gitu kenapa Chester Benington bunuh diri? Kan dia artis papan atas, memiliki harta melimpah, penggemar, dsb.

Lalu bahagia itu apa sih? Sudahlah kamu mungkin sudah tau. Dibalik kebahagiaan ada sedih menantimu, begitupun sebaliknya. Pertanyaannya adalah, hari ini kebahagiaanmu berapa persen? Dan kesedihanmu berapa persen? Bandingkan ya, dan kalau 50-50 gimana? Ya seri dong. Adu pinalty? Entar jadinya 10-11 dong ( kawal MU 4 tahun tanpa tropi xixixi, canda ) .

Next Part 2 ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun