Dia yang kusebut pejuang, Marsinah si arloji sejati dalam bait sajak-sajak eyang Sapardi. Melihat tubuhnya tertikam penyiksaan, suaranya membungkan menegakkan keadilan. Dia yang kusebut Marsinah, pejuang Hak Asasi Manusia.
Dia yang kusebut dalam lantunan sajak-sajak, penyair tau kapan hal itu disuarakan, penyair tau hal itu akan menambah semangat juang yang tinggi. Dia yang kusebut Marsinah.
Apa aku cuma menuliskan kata-kata yang berlumuran sajak hanya untuk suasana yang ada? Oh tidak! Aku memiliki jiwa yang tak kalah jauh dari guruku, si Marsinah. Karena dia yang kusebut Marsinah.
Hari ini aku menuliskan sajak-sajak, dimana sajak-sajakku adalah hasil rekapan aku dan tuhan yang tau!
Karena dia yang kusebut Marsinah.
Marsinah
Ku tau dalam dekapan eratku memusuhimu
Dia yang telah menodai perjuanganmu
Langit hitam, hujan rintik
Di dalam suaramu terhantam jiwa yang sombong! Yang dimana suaranya telah mengajarkan arti dari sebuah penindasan
Dia adalah Marsinah
Apa itu lelah?
Aku akan tetap berjuang!
Tidak masalah!
Namaku tidak disebut dalam buku pelajaran
Tidak masalah!
Karena kalian berpikir
Akan sebagaimana arti dari perjuangan
Terima kasih Marsinah
Karena kau telah mengajarkan kepada kami
Apa arti penindasan sejak dini
1 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H