Mohon tunggu...
M Arif Alamsyah Fitrian
M Arif Alamsyah Fitrian Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

saya adalah seseorang lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. memiliki hobi menulis dan kritis terhadap kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. saya berharap tulisan saya memberikan pandangan bagi anda semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Patriot Monodualisme Era 5.0

11 Januari 2024   14:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   14:10 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan di era sebelum dan sesudah kemerdekaan seperti halnya sebuah handphone nirkabel yang mampu mengguncang dunia maupun nusantara. Seiring berjalannya waktu, berevolusi menjadi smartphone yang efisien dengan fitur yang lebih modern dan menyesuaikan keinginan pengguna. Seperti halnya pendidikan, yang merupakan aspek penting dalam perkembangan peradaban dunia sebagai wadah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan era abad-21 bukan hanya berfokus pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik, melainkan kecakapan dalam berperilaku, bersikap dalam kehidupan bersosial masyarakat serta melek teknologi

Sebagai sarana alami untuk mempertahankan esensi kemanusiaannya, pendidikan berperan penting dalam menciptakan identitas manusia. Dinobatkan sebagai satu-satunya makhluk yang dapat mengalami perkembangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, manusia menciptakan perluasan potensi untuk mengembangkan pendidikan. Perkembangan pendidikan yang bergerak cepat seiring dengan evolusi teknologi yang memunculkan pendidikan abad 21 yang berkaitan erat dengan teknologi.

Berkembangnya pendidikan dan teknologi harus dibarengi dengan pembentukan nilai dan dasar yang sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Dari pernyataan tersebut, muncul konsep pendidikan yang memerdekakan peserta didik yang membantu dalam mengembangkan kemampuan serta potensi tanpa adanya tekanan dan paksaan. Pendidikan yang memanusiakan manusia diterapkan pendidikan yang berpihak pada peserta didik dengan memfasilitasi kebutuhan serta latar belakang dan karakteristik yang berbeda mulai dari ras, suku, bahasa, agama, adat, budaya, minat, motivasi, gaya, dan tingkat kecerdasan.

Pendidikan abad ke-21 mengadopsi pengembangan keterampilan yang meliputi aspek kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah untuk mempersiapkan peserta didik dalam dunia yang terus berubah dan berkembang. Pendidikan inklusif juga tertanam dalam pendidikan abad 21 yang mengakui keberagaman individu dengan memastikan semua peserta didik tanpa memandang latar belakang akan memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan dukungan yang dibutuhkan.

Pemberdayaan peserta didik dalam mengontrol pembelajaran aktif sesuai gaya belajar, minat, dan bakatnya. Menanamkan pendidikan karakter sebagai pembentukan karakter yang kuat, bertanggung jawab, dan empati. Penggunaan teknologi pembelajaran secara bijak mampu memberikan pembelajaran yang dapat meningkatkan aksesbilitas, keterlibatan, dan kualitas pendidikan. Pendidikan berbasis proyek untuk mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan yang nyata sebagai cerminan tantangan dunia nyata dan mempromosikan kolaborasi. Memperhatikan keseimbangan emosional dan kesejahteraan peserta didik sebagai pengembangan aspek kesehatan mental serta meningkatkan kesadaran global terkait isu-isu global yang memberikan kemampuan dalam berkontribusi dalam ekonomi global.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memerdekakan. Merdeka dari ketidaksetaraan, penindasan, dan ketidakadilan sosial. Fokus utamanya adalah pendidikan dengan menekankan pengembangan pemikiran kritis dan analitis  serta memahami kemampuan sumber daya peserta didik. Memberikan kontrol besar kepada peserta didik dalam pembelajaran untuk menjadikannya agen perubahan proses pembelajaran, kegiatan masyarakat dalam pembentukan kemandirian dan tanggung jawab. Menyelaraskan pembelajaran dengan konteks sosial, ekonomi, dan budaya peserta didik dengan relevansi pengalaman hidupnya. Menanamkan sikap kritis dalam mengkaji strukutur sosial yang ada, termasuk ketidaksetaraan, diskriminasi, dan penindasan untuk mendorong menggagas ide-ide perubahan sosial serta penanganannya.

Memberikan pemahaman pentingnya mengakui dan menghargai keberagaman antar peserta didik sebagai toleransi dalam memiliki akses yang setara di proses pembelajaran. Melibatkan komunitas masyarakat dalam proses pembelajaran sebagai pemanfaatan sumber daya dan pengetahuan integral pendidikan. Pendidikan yang memerdekakan bertujuan untuk mengubah struktur yang mendukung ketidaksetaraan dan penindasan, serta memberdayakan individu untuk menjadi peserta aktif dalam masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Pendekatan ini mempromosikan pemikiran bebas, kemandirian, dan perubahan sosial positif.

Memasuki abad 21, guru dihadapkan pada tantangan yang lebih beragam dalam menghadapi peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda, dengan materi mata pelajaran yang lebih kompleks dalam menyesuaikan karakteristik dan kesiapan belajar peserta didik, dan juga tuntutan capaian kemampuan berpikir peserta didik yang lebih tinggi. Maka dari itu, dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak, pengontrolan kelas, dan pemahaman karakteristik peserta didik. Dengan cara ini guru dapat menekankan pengajaran nilai-nilai moral untuk mengembangkan karakter peserta didik agar ilmu yang telah dimilikinya tidak terbuang percuma. Salah satu pendidikan yang penting dalam membangun peradaban yang baik di suatu negara ialah pendidikan karakter. 

Oleh karena itu, dengan ilmu pengetahuan dan wawasan luas yang dimiliki peserta didik, ditambah kuatnya karakter sesuai nilai pancasila yang tertanam, tentunya akan menjadi modal Indonesia untuk memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas pada masa mendatang. Pancasila pada umumnya dijadikan sebagai dasar filosofis pendidikan yang berkontribusi bagi kesatuan bermasyarakat berbangsa dalam keberagaman. Nilai-nilai dalam Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan transformatif untuk melestarikan keberagaman budaya, agama, ras, dan suku di tengah tantangan dan ancaman keterpecahan hidup berbangsa.

Pendidikan berkarakter Pancasila mengacu pada pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai dasar Pancasila, yaitu nilai-nilai yang tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 dan sila-sila Pancasila. Tujuan pendidikan berkarakter Pancasila adalah membentuk generasi penerus yang memiliki karakter, moralitas, dan kepribadian yang kuat sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan yang berkarakter pancasila memberikan dampak yang positif terhadap perubahan karakteristik peserta didik.

Pembentukan disiplin positif  yang terlibat adalah dari memiliki sikap menghormati pancasila sebagai ideologi bangsa, pembentukan karakter positif dalam bersosial. Mendorong rasa cinta tanah air dan nasionalisme serta menghargai keragaman budaya yang ada di kelas, memahami pendidikan moral dan etika serta mengakui peran agama dalam pengembangan nilai-nilai kegamaan yang positif, sebagai bentuk promosi dan pengetahuan baru terkait penghargaan kebudayaan lokal, memiliki sikap demokratis, menembangkan keterampilan sosial, serta mengajarkan nilai-nilai lingkungan hidup yang sejalan dengan ajaran pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun