Basa-basi, oh basa-basi. Seolah menjadi soundtrack hidup manusia sosial. Hampir setiap hari, kita harus berjibaku dengan pertanyaan-pertanyaan tamplate yang seakan wajib ada di setiap interaksi.
Ketika menjadi mahasiswa, pertanyaan basa-basi yang paling sering mampir adalah "Kuliah di mana?". Jika beruntung, saya bisa bisa lolos dari obrolan panjang. Duh, tapi jika sial, pertanyaan berikutnya sudah diap menghadang.
"Jurusan apa?"
Nah, di sinilah letak kegetiran hidup mahasiswa komunikasi dimulai. Ayo tarik napas panjang dan bersiap menghadapi takdir.
"Komunikasi" jawab saya.
Dan, boom! Seakan membuka portal ke dimensi lain. Hujan pertanyaan pun turun tanpa aba-aba.
1. Belajarnya Cuma Ngomong Doang Kan?
Ya, tentu saja. Delapan semester, kami mahasiswa komunikasi cuma belajar ngomong "hallo" dan "selamat pagi" dengan intonasi yang benar. Coba pikir, kalau komunikasi cuma soal ngomong, buat apa ada dosen? Kenapa ada skripsi? Kenapa ada teori komunikasi?.
Padahal, di jurusan komunikasi, kami belajar psikologi komunikasi, teori-teori media, komunikasi politik, sampai roset audiens. Ada juga yang namanya kampanye, analisis framing berita, hingga cara membangun branding. Bahkan, kalau ngomong pun ada tekniknya. Ada yang namanya public speaking, ada story telling, ada negosiasi. Ngomong itu ada ilmunya, bos!
Tapi ya sudahlah, dunja memang penuh dengan manusia yang berpikir kalau komunikasi itu cuma sekadar ngobrol di warung kopi pinggir jalan.