Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orang Tua Harus Menjadi Pahlawan Pertama dan Utama Gerakan Literasi bagi Anak-Anak

10 November 2024   15:30 Diperbarui: 10 November 2024   17:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Desain Pribadi

Tidak dapat disangkal bahwa memiliki generasi yang cerdas merupakan cita-cita semua keluarga. Keluarga sebagai tempat lahirnya sebuah generasi tentunya memiliki tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut.

Salah satu cara untuk memuluskan langkah tersebut adalah melalui gerakan literasi. Jika keluarga adalah pusat asal generasi, maka literasi adalah salah satu langkah untuk menciptakan generasi yang cerdas. Oleh sebab itu, gerakan literasi harus mulai diterapkan sejak usia dini, dan dimulai dari lingkungan keluarga.

Mengapa literasi harus dimulai dari keluarga?

Saya menganalogikan gerakan literasi bagi anak-anak di tengah keluarga ini dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi. Nutrisi yang terkandung dalam ASI sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Banyaknya liter ASI yang diberikan Ibu kepada bayi pun turut memengaruhi perkembangan kognitif anak.

Pada sisi lain, pemberian ASI eksklusif pada bayi bukan semata-mata merupakan urusan Ibu seorang, tetapi sang ayah pun turut mengambil bagian dengan caranya, sehingga pemberian ASI ini merupakan tanggung jawab bersama.

Membangun gerakan literasi ibarat memberi nutrisi berupa ilmu pengetahuan kepada otak anak. Melalui asupan pengetahuan yang diperoleh sejak dini, anak-anak diharapkan memiliki pola pikir yang baik, daya kritis, dan pemahaman yang cukup memadai terhadap dunia sekitarnya

Sebagai tempat pertama individu berkenalan dengan dunia dengan segala keunikannya, maka keluarga memiliki tanggung jawab besar dan harus menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan suasana yang baik demi proses belajar anak.

Atas dasar inilah, orang tua harus menjadi pahlawan pertama dan utama dalam membangun aksi literasi di tengah keluarga bagi anak-anak, sekaligus menjadi inisiator dan penggerak untuk mewujudkan suatu generasi yang cerdas.

Bagaimana para orang tua membangun kebiasaan literasi sejak usia dini?

Kecerdasan genetik dalam diri anak-anak adalah bahan mentah yang tentu saja harus diolah dengan baik oleh para orang tua. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk membentuk dan mengarahkan anak-anak dengan metode pembelajaran yang tepat. Membangun kebiasaan literasi bagi anak-anak di tengah keluarga pun erat kaitannya dengan pola asuh dari para orang tua.

Muhammad Q. Fahmi, dkk dalam artikel jurnal yang berjudul Analisis Peran Pola Pengasuhan Orang Tua dalam Perkembangan Literasi Siswa Sekolah Dasar mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua yang sejak dini mengakrabkan anak-anak pada kegiatan literasi akan berdampak positif saat anak menginjak usia sekolah formal nanti. Orang tua pun harus kreatif menerapkan pola asuh yang memungkinkan anak untuk mendapatkan pendidikan yang menyenangkan dan akomodatif.

Sumber: Desain Pribadi
Sumber: Desain Pribadi

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan para orang tua untuk menunjang gerakan literasi bagi anak-anak dalam keluarga:

1) Orang tua perlu mencari metode pembelajaran yang cocok sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Melalui metode yang tepat, orang tua dengan cara kreatif akan lebih mudah menggerakkan anak untuk belajar.

Misalnya dengan mengenalkan huruf, angka, dan bentuk secara kreatif kepada anak.

2) Orang tua harus terlibat langsung dalam menggerakkan literasi melalui interaksi yang aktif dengan anak-anak. Para orang tua sebaiknya meluangkan waktu untuk menemani dan mengarahkan anak-anak dalam proses belajar mereka.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hadiah buku, mengajarkan mereka membaca, mengajarkan berhitung sederhana, atau menjelaskan secara kreatif tentang ciri khas binatang atau tumbuhan.

3) Sekalipun orang tua memiliki kendali atas proses belajar anak, kebebasan anak tetap harus diperhatikan juga. Jika anak memiliki ketertarikan atau minat pada bidang tertentu, orang tua perlu memberikan dukungan, mengarahkan, membimbing, bahkan memfasilitasi bahan bacaan dengan minat terkait.

Misalnya, orang tua dapat menyediakan bahan bacaan terkait musik jika anak memiliki minat pada bidang musik.

4) Orang tua perlu menyadari, bahwa anak adalah peniru ulung. Anak dapat dengan mudah meniru perilaku dari orang tua. Oleh sebab itu, orang tua pun perlu meluangkan waktu untuk membaca, sama-sama mengajak anak untuk membaca buku, atau sekurang-kurangnya secara aktif menemani proses belajar anak.

Orang tua perlu membangun kebiasaan baik ini, agar anak-anak pun dapat meniru hal yang baik juga.

5) Selain dalam lingkungan keluarga, para orang tua juga dapat melibatkan anak dalam kelompok-kelompok belajar. Keterlibatan anak dalam kelompok-kelompok seperti ini juga dapat memberikan wawasan yang baru pada anak, juga melatih anak untuk berelasi dengan sesama teman belajar.

Salah satu kelompok belajar yang direkomendasikan adalah Kumon Indonesia. Komon menyediakan les membaca, kursus membaca, juga les membaca dan menulis. Anak-anak dapat mengikuti les membaca anak, kursus membaca anak, atau belajar Bahasa Indonesia Kumon secara rutin dan terprogram.

Beberapa hal di atas tentu saja harus dilakukan dengan komitmen dan konsisten dari para orang tua dalam menggerakkan literasi bagi anak-anak di tengah keluarga.

Sumber: Desain Pribadi
Sumber: Desain Pribadi

Orang tua harus menjadi pahlawan literasi!

Generasi dan peradaban yang besar lahir dari kelompok individu terkecil, yaitu keluarga. Gerakan literasi dalam keluarga harus digerakkan secara aktif oleh para orang tua untuk menciptakan generasi yang cerdas. Keluarga harus mejadi lokus utama yang nyaman bagi anak untuk melaksanakan proses belajar.

Gerakan literasi yang dibangun dalam keluarga bukan saja merupakan cara untuk menciptakan generasi yang cerdas, tetapi juga menghasilkan generasi yang berpola pikir baik, berdaya kritis, dan tidak mudah termakan provokasi negatif dan berita bohong.

Sebagaimana orang tua yang sangat memperhatikan banyaknya liter ASI yang diberikan kepada bayi, orang tua pun harus menggerakkan semangat literasi bagi anak-anak sejak usia dini dalam lingkungan keluarga, sebab kecerdasan sebuah generasi bermula dari orang tua yang peka akan literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun