Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemecatan Lampard: Antara Ketidaksabaran Abramovich dan Performa yang Buruk

26 Januari 2021   18:06 Diperbarui: 26 Januari 2021   18:27 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah berita ini mengejutkan, atau memang sudah dinanti-nantikan? Entahlah. Yang jelas, Roman Abramovich tidak pernah ingin nama besar dan prestasi klub miliknya itu kelamaan terperangkap dalam performa yang buruk.

Frank Lampard tiba di Chelsea sebagai pelatih pada bulan Juli 2019 lalu menggantikan Maurizio Sarri dengan beban ekspektasi yang cukup besar. Ia dikontrak selama tiga tahun, dan sejatinya akan berakhir pada tahun 2022 nanti. Statusnya sebagai legenda di klub tersebut tentunya diharapkan mampu memberikan energi positif bagi anak-anak asuhannya.

"Saya sangat bangga bisa kembali ke Chelsea sebagai seorang pelatih. Semua orang tahu betapa cintanya saya terhadap klub ini dan sejarah yang sudah saya tulis di sini." Kata Lampard, dilansir dari Kompas.com.

Pada musim lalu, Lampard hanya mampu membawa Chelsea bercokol di peringkat keempat dengan menelan 12 kekalahan, tidak lebih baik dari raihan Sarri yang membawa Chelsea finish di posisi ketiga klasemen dengan 8 kekalahan semusim sebelumnya. Sekalipun berhasil membawa Chelsea lolos dari fase grup UEFA Champions League musim ini, toh Abramovic berkeinginan lain.

Frank Lampard akhirnya harus terdepak dari kursi kepelatihan Chelsea setelah memperoleh hasil yang kurang maksimal pada musim ini. Hingga tulisan ini dibuat, jumlah kemenangan Chelsea di liga sepanjang musim 2020/2021 ini belum menyentuh dua digit angka.

Mereka sudah menderita enam kali kekalahan, di antaranya kalah melawan Arsenal di Emirates Stadium dengan skor 3-1, menyerah 2-0 saat berhadapan dengan Leichester City, dan kehilangan poin saat menjamu Manchester City di Stamford Bridge. Kekalahan dalam laga-laga penting ini membuat The Blues terlempar dari papan atas klasemen dan kini mendekam di posisi ke-9 klasemen sementara.

Kiprah Lampard dan performa buruk Chelsea di liga akhir-akhir ini sejatinya menjadi peringatan bagi karier Lampard, mengingat Abramovich selalu enggan melihat timnya terperosok dan tidak sabaran jika berbicara prestasi.

Hampir semua pencinta sepakbola tentunya tahu bagaimana kecintaan Roman Abramovich terhadap klub miliknya itu. Taipan asal Rusia itu rela menggelontorkan dana besar untuk memboyong pemain-pemain berkelas dan mendaratkan pelatih-pelatih hebat demi mendulang prestasi.

Jose Mourinho, Luis Felipe Scolari, Andre Villas-Boas, Carlo Ancelotti, hingga Maurizio Sarri pernah menjadi juru taktik Chelsea. Namun selalu saja tidak memuaskan keinginan Abramovich. Ia tidak segan memecat juru taktik yang membawa hasil buruk. Nama-nama di atas adalah 'korban' ambisi Abramovich, dan nama Frank Lampard telah menambah panjang daftar tersebut.

Frank Lampard yang adalah legenda klub dan lebih dari sedekade menjalin kerja sama bersama Abramovich saat masih menjadi pemain tentunya tahu, bagaimana watak si boss yang selalu tidak sabaran. Namun, apa mau dikata. Mungkin bagi Abramovich, a player is not bigger than the club.

Status legenda klub tidak serta merta membuat Lampard diberi (lagi) kesempatan untuk memperbaiki penampilan klub asuhannya, apalagi Abramovich telah menggolontorkan dana besar untuk memboyong Timo Werner, Hakim Ziyech, hingga Kai Havertz. Sayangnya, Lampard tak sanggup mengangkat performa Chelsea ke level yang lebih tinggi.

Kesialan Lampard menjadi makin lengkap kala performa buruk timnya berhadapan dengan ketidaksabaran sang pemilik klub, Roman Abramovich. Abramovich tentunya tidak ingin timnya terus terpuruk meski bermateri pemain hebat. Pada akhirnya, Lampard harus didepak usai menghadiri rapat mendadak saat jam sarapan pagi!

Menarik untuk ditunggu, siapa yang bakal menggantikan Lampard. Konon, nama Thomas Tuchel (mantan pelatih Paris Saint-Germain) menjadi kandidat kuat sebab sebagai orang Jerman, ia diyakini mampu mengangkat performa para pemain jebolan Bundesliga di Chelsea (Timo Werner dan Kai Havertz). Kita menunggu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun