Mohon tunggu...
Maribel Abigail Sofian
Maribel Abigail Sofian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Saya siswa kelas 12 di Penabur dan sering terinspirasi oleh berita, kisah orang lain dan kehidupan sendiri. Waktu luang saya diisi dengan mengoleksi barang antik seperti kaset atau piring hitam.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Fiksi Menjadi Fakta: Atlantis yang Baru

23 November 2023   15:04 Diperbarui: 23 November 2023   15:15 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iStock, Credit: Hanafichi

          Haruskah kita khawatirkan masa depan Jakarta? Menjelang tahun 2050, para ilmuwan memperingatkan akan adanya masa depan yang buruk bagi kota Jakarta. Walau Jakarta merupakan sosok “jantung Indonesia”, perlahan-lahan detaknya dikhawatirkan akan memudar. Kota Jakarta berada di ambang bencana besar dan diprediksi akan tenggelam akibat pasang surut air laut. Lokasi geografis Jakarta yang terletak di pesisir barat laut Pulau Jawa, membuat kota metropolitan ini sangat rentan terhadap dampak kenaikan permukaan air laut. Akibat adanya suhu global yang meningkat dan lapisan es di kutub yang terus mencair, air laut mulai naik dan menggenangi wilayah pesisir yang rendah. Dikarenakan Jakarta dibangun di atas lahan berawa, tanah perlahan-lahan tenggelam karena pengambilan air tanah yang berlebihan dan kurangnya infrastruktur yang memadai untuk mengatasi banjir. Jakarta berada dalam posisi genting. Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan akan melebihi 12 juta penduduk dalam 10 tahun ke depan dan infrastruktur penting seperti Monas akan terancam tenggelam.          

         Pertanyaan pun muncul, siapa atau apa yang harus disalahkan? Apakah Jakarta perlahan tenggelam karena peninggalan penjajahan Belanda? Mungkinkah infrastruktur dan city-planning yang buruk merupakan biang kerok keadaan ini? Menurut penulis, asal usul permasalahan ini terletak pada fakta bahwa air bersih tidak terjangkau untuk semua masyarakat di Jakarta. Untuk melihat seseorang menggali lubang dalam dan mengambil air tanah bukanlah suatu hal langka di Jakarta. Jutaan penduduk yang kurang mampu bergantung pada air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Ditambah lagi adanya kesenjangan sosial yang terlihat sangat jelas, untuk melihat daerah kumuh di dekat gedung mewah bukanlah hal yang asing. Pembangunan gedung pencakar langit dan jalan raya tentu saja mengganggu sistem drainase alami. Hal ini menyebabkan meningkatnya banjir selama musim hujan, sehingga memperburuk masalah genangan di Jakarta.

           Bagi banyak remaja, ketakutan akan tenggelamnya Jakarta bukan sekedar ketakutan yang dianggap sepele. Hal yang paling dikhawatirkan adalah potensi keadaan krisis kemanusiaan. Naiknya permukaan air laut akan memaksa masyarakat di sepanjang garis pantai Jakarta untuk migrasi ke daratan. Keterbatasan sumber daya di tempat pengungsian dapat memicu kerusuhan sosial karena warga mencari perlindungan dari gangguan air. Bukan hanya dari segi populasi yang ditakutkan, melainkan juga dari segi ekonomi karena sektor seperti perusahaan manufaktur, pariwisata, dan perdagangan pun akan terancam. Banyak usaha kecil akan mengalami kesulitan. Menurut penulis, sektor perekonomian yang paling terdampak adalah pertanian dan agrikultur. Naiknya permukaan air laut menyebabkan pencemaran sumber air tawar dengan air laut. Situasi ini dapat menyebabkan lahan pertanian menjadi tidak subur untuk bercocok tanam. Hal ini membahayakan ketahanan pangan dan berdampak pada Jakarta dan wilayah sekitarnya. Dengan singkat, destabilisasi perekonomian akan berdampak kepada GDP nasional dan merugikan negara.

            Apa yang harus dilakukan oleh pemerintahan Indonesia untuk mengatasi permasalahan ini? Menurut saya, Jakarta harus aktif berpartisipasi dalam inisiatif internasional yang berfokus pada adaptasi perubahan iklim. Upaya kolaboratif dengan kota-kota pesisir lainnya akan membukakan jalan untuk pertukaran pengetahuan dan dukungan finansial yang berharga untuk melaksanakan proyek berskala besar untuk menjaga masa depan kota. Pemerintah Indonesia harus melakukan proyek infrastruktur yang bisa merevitalisasikan dan menyalurkan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkan. Ditambah juga pemerintah harus membangun tanggul laut, revitalisasi pembatas alami pantai dengan menanam hutan bakau, dan perbaikan sistem drainase untuk memitigasi dampak kenaikan permukaan air laut.

            Dengan tantangan yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut, hal ini harus menjadi pengingat akan pentingnya tindakan iklim global yang mendesak. Menurut penulis, nasib kota Jakarta berada dalam tangan semua masyarakat Indonesia dan tentu saja seluruh dunia. Keadaan ini seharusnya menekankan perlunya solusi inovatif, praktik berkelanjutan, dan kerja sama internasional. Perjuangan Jakarta menyadari pentingnya tanggung jawab bersama negara-negara di seluruh dunia untuk memerangi perubahan iklim dan melindungi komunitas rentan yang akan mengalami dampak terburuk. Hanya melalui upaya terpadu, kita dapat berharap untuk menjamin masa depan kota-kota pesisir seperti Jakarta untuk bertahan. Kami harus menjamin keselamatan dan kesejahteraan penduduk Jakarta untuk generasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun