Apa itu Memimpin Diri?
Memimpin diri atau self-leadership adalah kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, menetapkan tujuan, dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kepemimpinan diri merupakan keterampilan penting yang dapat membantu seseorang mencapai keberhasilan dan kebahagiaan.
Adapun beberapa aspek yang penting dalam kepemimpinan diri, antara lain:
- Self-awareness: Kemampuan untuk mengenali diri sendiri, termasuk perasaan, pikiran, dan evaluasi diri
- Self-management: Kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap apa yang akan diucapkan atau dilakukan
- Akuntabilitas: Bertanggung jawab atas kesalahan dan berusaha memperbaikinya
Selanjutnya, bagaimana cara untuk memimpin diri sendiri?
- Mengenal diri sendiri: Tanyakan kepada diri sendiri tentang minat, keyakinan, dan nilai-nilai Anda. Identifikasi kekuatan pendorong Anda dan terapkan dengan dedikasi.
- Menentukan tujuan: Buat rencana untuk mencapai tujuan yang jelas dan realistis.
- Mengembangkan disiplin diri: Kembangkan kebiasaan yang baik dan patuhi rutinitas Anda.
- Mengelola emosi: Kenali pemicu emosi Anda dan kembangkan strategi untuk mengatasinya.
- Berpikir positif: Fokuslah pada hal-hal baik dalam hidup Anda dan berlatihlah mensyukuri apa yang Anda miliki.
- Belajar dari kesalahan: Jangan takut gagal, lihatlah kesalahan Anda sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
- Bertindak sesuai dengan nilai dan prinsip: Bertindaklah sesuai dengan nilai dan prinsip yang Anda anut.
- Jaga keseimbangan hidup dan pekerjaan: Jaga kesehatan fisik dan mental Anda.
- Tingkatkan keterampilan komunikasi: Ungkapkan pikiran, kebutuhan, dan ide Anda dengan jelas dan efektif.
- Kembangkan motivasi diri: Identifikasi hasrat dan pendorong terdalam Anda.
Model Kepemimpinan Diri Mahatma Gandhi
Mohandas Karamchand Gandhi, yang dikenal sebagai Mahatma Gandhi dan pemimpin besar massa di India, adalah arsitek penting dan pemimpin penting perjuangan kemerdekaan India. Gandhi lahir pada tanggal 2 Oktober 1869. Ia adalah siswa di bawah rata-rata dan sangat pemalu selama masa sekolahnya. Gandhi pergi ke Inggris untuk belajar hukum pada tahun 1888. Setelah menyelesaikan sekolah hukum, ia kembali ke India pada tahun 1891. Karena tidak dapat menjalankan praktik hukum di India, ia berangkat ke Afrika Selatan pada tahun 1893
Gandhi memiliki dua kualitas menonjol dari subordinasi sukarela yaitu menjadi seorang pelayan, dikombinasikan dengan tindakan pelayanan dalam hidupnya.
Menjadi pelayan. Kualitas ini membuat pemimpin pelayan memandang diri mereka sebagai pelayan terlebih dahulu, bukan pemimpin terlebih dahulu (Sendjaya, 2005). Sir. R. Radhakrishnan (1939, hlm. 20) menyatakan: "Gandhi adalah salah satu pelayan utama umat manusia." Pernyataan Gandhi (1948a) berikut ini menunjukkan bagaimana ia menganggap melayani orang lain sebagai kesenangan dan hak istimewa.
"Melayani orang miskin adalah hasrat hatiku, dan hal itu selalu menempatkanku di tengah orang miskin dan membuatku bisa mengidentifikasi diriku dengan mereka" (hlm. 190).
...pelayanan tidak akan berarti apa-apa kecuali jika seseorang menikmatinya. Jika pelayanan dilakukan hanya untuk pamer atau karena takut akan opini publik, pelayanan akan menghambat dan menghancurkan semangat seseorang. Pelayanan yang diberikan tanpa sukacita tidak akan membantu baik pelayan maupun yang dilayani. Namun, semua kesenangan dan harta benda lainnya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan dengan sukacita. (hlm. 215)
Tindakan pelayanan. Pelayanan Gandhi dimulai pada masa-masanya di Afrika Selatan, di mana ia mengajar bahasa Inggris kepada orang-orang India tanpa imbalan apa pun, untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka di tengah ketegangan rasial (Gandhi, 1948a, hlm. 157). Pada suatu ketika, ketika seorang penderita kusta datang ke rumahnya, ia memberinya makanan, mengobati lukanya, merawatnya, dan kemudian mengirimnya ke rumah sakit (Gandhi, 1948a, hlm. 249). Karena ia ingin terlibat dalam pekerjaan kemanusiaan, ia membantu sebagai perawat di rumah sakit dan menghabiskan dua jam setiap hari untuk melayani pasien ketika ia berada di Afrika Selatan (Gandhi, 1948a, hlm. 249, 250).