Dalam praktiknya, pengendalian diri juga berarti kemampuan untuk memilih jalan yang benar, meskipun sering kali hal tersebut tidak menguntungkan secara pribadi. Hal ini sangat relevan dengan situasi di mana individu menghadapi pilihan-pilihan sulit, dan kesediaan untuk memilih jalan yang lebih sulit tetapi benar dapat mencegah tindakan korupsi. Pengendalian diri menurut Ki Ageng Suryomentaram juga melibatkan pengendalian terhadap emosi, ambisi, dan kecenderungan untuk mencari keuntungan pribadi yang mengorbankan orang lain
2. Kesadaran Batin (Eling lan Waspada)
Nilai kedua yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah kesadaran batin atau "eling lan waspada", yang berarti selalu ingat dan waspada terhadap keadaan batin sendiri. Kesadaran batin ini mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan pemahaman yang lebih dalam mengenai niat dan tujuan hidup. Dalam konteks pencegahan korupsi, kesadaran batin sangat penting karena sering kali korupsi dimulai dari ketidaksadaran individu akan perbuatannya. Banyak pejabat publik atau pemimpin yang terjerumus dalam praktik korupsi karena mereka tidak menyadari dampak dari tindakannya terhadap masyarakat.
Ajaran tentang kesadaran batin mengajarkan untuk selalu merenung, mengevaluasi setiap tindakan, dan menjaga agar hati tetap bersih. Batin yang tidak jernih dapat menyebabkan seseorang kehilangan arah dan terpengaruh oleh keinginan duniawi yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, kesadaran batin ini bukan hanya sekedar tentang kewaspadaan terhadap tindakan fisik, tetapi juga terhadap pikiran dan niat dalam diri individu. Dengan memiliki kesadaran batin, seseorang akan lebih mudah untuk mengenali godaan-godaan atau dorongan untuk melakukan korupsi. Mereka akan lebih mudah menilai apakah suatu keputusan yang diambil sesuai dengan prinsip moral dan etika atau tidak. Dalam dunia yang penuh dengan tekanan dan godaan material, kesadaran batin ini menjadi alat yang sangat efektif untuk menjaga integritas dan mencegah perilaku koruptif.
3. Ketulusan dan Keikhlasan (Tulus lan Ikhlas)
Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam setiap tindakan. Nilai ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus didasari oleh niat yang tulus, tanpa ada maksud tersembunyi atau pamrih pribadi. Ketulusan ini sangat penting dalam pencegahan korupsi, karena banyak tindakan koruptif yang muncul dari niat tersembunyi untuk mencari keuntungan pribadi. Seorang pemimpin atau individu yang bertindak dengan tulus akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Ketulusan dalam berbuat juga berarti tidak mengharapkan imbalan atau balasan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dalam dunia politik, banyak pemimpin yang terjebak dalam praktik korupsi karena mereka menganggap bahwa kekuasaan atau jabatan adalah hak mereka untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Ajaran ketulusan Ki Ageng Suryomentaram mengingatkan bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan materi atau kekuasaan. Keikhlasan juga berarti melepaskan segala bentuk ego dan ambisi pribadi yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak etis. Seorang pemimpin yang ikhlas tidak akan menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan orang banyak. Dengan mengamalkan nilai ketulusan dan keikhlasan ini, individu akan mampu menjaga integritas dan tidak mudah tergoda untuk melakukan tindakan koruptif.
4. Keadilan dan Kebenaran (Adil lan Bener)
Nilai lain yang sangat penting dalam kebatinan Ki Ageng Suryomentaram adalah keadilan dan kebenaran. Dalam ajaran beliau, keadilan bukan hanya sekedar memberikan apa yang menjadi hak orang lain, tetapi juga memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan berlandaskan pada prinsip kebenaran. Keadilan yang dijalankan dengan penuh ketulusan dan berdasarkan kebenaran akan menciptakan lingkungan yang bebas dari penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Dalam konteks pencegahan korupsi, nilai keadilan ini mengajarkan bahwa setiap tindakan harus dilandasi dengan rasa tanggung jawab dan kejujuran. Seorang pemimpin yang adil akan selalu mengutamakan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Prinsip keadilan ini juga mengingatkan bahwa korupsi tidak hanya merugikan negara, tetapi juga merusak kehidupan sosial dan merusak kesejahteraan rakyat.
5. Kesabaran dan Keteguhan (Sabar lan Teguh)
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan pentingnya kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi segala ujian hidup. Dalam banyak ajarannya, beliau mengajarkan bahwa untuk mencapai tujuan yang mulia, seseorang harus mampu bersabar dan tetap teguh dalam menghadapi cobaan dan godaan yang datang. Dalam konteks pencegahan korupsi, kesabaran dan keteguhan ini mengajarkan bahwa meskipun banyak godaan atau kesempatan untuk memperoleh keuntungan pribadi, seorang pemimpin yang bijaksana akan tetap teguh pada prinsip moral dan tidak tergoda untuk berbuat curang. Kesabaran juga berarti tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan kepentingan publik. Banyak tindakan koruptif dilakukan karena adanya dorongan untuk mendapatkan hasil cepat, tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Kesabaran mengajarkan untuk berpikir panjang dan tidak terburu-buru dalam mencari keuntungan, tetapi untuk selalu mempertimbangkan kebaikan dan kesejahteraan bersama.