Ada yang lebih bergemuruh di dalam dada
Selain petuah ombak mengadu kepada pantai
Tentang raga yang menolak mati pada mimpi
Ia mencatat dalam buih-buih isi kepala
Lelaki itu memamah setiap kata dari kata
Memenggal kalimat sinis untuk cita-cita
Mematahkan malas dengan puisi-puisinya
Dan senja memeluk dengan doa-doanya
Jalanan menjadi saksi bisu yang tabah
Tempat ia membentangkan harapan
Dan terpampangnya bingkai jendela dunia Â
Menunggu segenggam hati untuk membukanya
Ia menunggu sepasang mata menata hasrat
Mengumpulkan asa dan sebait rasa
Yang menggariskan pada bibir-bibir
Agar melebur kebekuan dalam berpikir
Kemarilah kekasih..
Mari menanamkan hari dengan pilar suci
Yang melukiskan imaji dalam ruang diskusi
Sebab bangsa ini kehabisan solusi
Untuk bisa keluar dari zona pandemi
Kemarilah kekasih..
Hapuskan air mata ketika tangismu tak didengar
Segala yang berarti selalu dimulai dari isi hati
Tak peduli keadaanmu saat ini
Pastikan isi kepalamu tetap menggelegar
Mengubah dunia dari sini
Di sisi sudut pantai yang menggelorakan cinta
Menghempas dada agar basah tanpa resah
Cinta adalah pendidikan yang tak pernah kenal jeda
Sebab mencintai adalah melupakan dengki
Menyayangi adalah melupakan patah hati
Mengasihi adalah merawat kepala agar berisi
Selebihnya abadi adalah kasih
Mari saling mengasihi kekasih
Mari menukar puisi yang paling seksi
Untuk merawat literasi
Dari hari menuju hari