Usai kau seduh dinamika
Menyaksikan pertemuan semesta
Pahit dan manis menyatu dalam tegukan
Kau hapuskan surat sakti dengan darah penghabisan
Teguh meneguk setelah bertapa
Dengan doa yang membakar dada
Kau kecup puisi ini dengan bibir penuh kedamaian
Mencecap aroma paling pekat selain pengkhianatan
Ceritamu kusut di tubuh semesta
Saat kita saling ingkar dan merawat lupa
Bukan ingat yang berujung pada persahabatan
Antara manusia dan nestapa bersanding kehidupan
Sekali kau teguk kalimat isi dada
Merawat kental dalam pekatnya romantika
Dalam tepi yang berujung  bibir penantian
Hingga doa mengerang dalam penindasan
Sebab rindu sering mencipta murka
Membengal kata-kata tanpa mengeja
Sedang retorika menghasut kemanusiaan
Dan terpenjara di bawah ruang kebebasan
Â
Kau hanya akan menjadi manusia
Yang paham atas sejarah dan cinta
Melebamkan tubuhmu dan memberikan kesembuhan
Ayat-ayat kopi mati di balik penghabisan
Sisa hanya remah-remah dosa
Yang tersirat dalam surat tanpa suara
Diam dalam tangisan penuh kepasrahan
Kau hanya ampas tanpa makna tanpa harapan
Maria Wona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H