Menggendong Waktu
Tuhan, mungkin masih terlalu pagi
Aku menuliskan puisi untuk mengawali hari
Sebagai doa yang suci di antara hiruk-pikuk semesta
Segalanya telah menjadi berbeda
Ketika mata masih saja terpejam dalam harapan
Hari ini telah menjadi pembunuh segala rasa bahagia
Jalanan masih saja berlubang
Langkah masih saja terdengar dengan hati-hati
Agar bisa melewati jalan itu untuk mendapatkan sukacita
Namun waktu belum bisa menjawab
Hari ini kami masih dengan keadaan yang sama
Kami masih kecil untuk kehilangan apa yang seharusnya ada
Aku masih memeluk doa-doa
Dan menggendong waktu yang menjelma sebongkah daging
Di tubuhnya ada cerita penderitaan penuh air mata
Hidup hanyalah taruhan penuh duka
Tawa hanyalah bagian penenang sementara
Namun dalam kepanjangan krisis ini kami benar-benar terluka
Tubuh tersayat bahkan menjadi patah
Hanya kesabaran dan cinta yang menguatkan raga
Mengusir dahaga sebuah kasih sayang di antara kejamnya dunia
Â
Tuhan, dalam doa yang terpasang
Dari depan altar wajah ini bersimpuh tunduk
Memohon restumu untuk perjalanan yang panjang ini
Hari-hari menjadi tragedi Â
Akan menjadi catatan abadi dalam sejarah
Luka ini akan terus kami obati dengan doa dan petuah leluhur
Maria Wona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H