Surakarta (30/8/2020). Masa pandemi adanya COVID -2019 merupakan masa yang sulit bagi bangsa Indonesia. Pandemi yang berlangsung sejak Desember ini, merambah luas hingga seluruh sektor kehidupan terkena dampaknya. Salah satunya adalah sektor pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan adalah tonggak penting bagi Bangsa Indonesia untuk mencapai sebuah masa depan bangsa yang gemilang. Namun, dampak adanya pandemi membuat semuanya berubah. Semua kegiatan lini pendidikan terhambat karena adanya pandemi COVID-19 ini. Lantas, apa saja yang menjadi langkah - langkah pemerintah untuk menangani masalah tersebut?
Pemerintah berusaha memulai kegiatan pendidikan untuk pembelajaran jarak jauh atau biasa disebut dengan PJJ. Begitu pula penerapannya kepada tenaga pendidik, siswa dan mahasiswa, masing - masing mempunyai usaha sendiri untuk beradaptasi dengan kegiatan yang baru ini sejak adanya pandemi. Terdapat banyak kendala untuk kegiatan pembelajaran seperti sulitnya untuk kegiatan praktikum bagi para mahasiswa. Salah satu dampak langsung yang dirasakan sebagai mahasiswa yaitu saat sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut KKN dimana para mahasiswa harus melaksanakan KKN di daerah domisili masing - masing mahasiswa.
Penulis sebagai salah satu mahasiswa di UNS yang sedang menjalani KKN COVID Batch 2, merasakan berbagai dampak pandemi ini. Sebelum masuk pada bagian kegiatan KKN COVID ini, pengertian COVID-19 harus dipahami dahulu oleh para masyarakat. COVID-19 ini adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Virus tersebut telah menyebar di berbagai negara termasuk Negara Indonesia. Untuk itu, Universitas Sebelas Maret mengambil langkah bijak untuk para mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan KKN ini. KKN COVID-19 ini dibagi 3 batch, batch pertama yaitu bulan April – Mei, batch kedua Mei sampai dengan Juni dan Batch 3 dimulai pada akhir bulan Juli. Setiap mahasiswa diberikan dana untuk memilih salah satu tema aksi untuk mencegah COVID-19 dan memberikan antisipasi serta edukasi kepada masyarakat.
Langkah pertama yang terlintas di benak penulis untuk pertama kali yaitu membantu para tenaga medis untuk persediaan baju Alat Pelindung Diri atau APD. Penulis berniat untuk menjahitkan beberapa baju hazmat APD yang akan disumbangkan ke salah satu puskesmas yang ada di Kota Surakarta. Kegiatan ini diawali dengan membeli peralatan dan bahan-bahan untuk membuat baju hazmat dengan bahan utama kain spunbond. Alasan penulis ingin membuat baju ini adalah karena penulis dapat belajar menjahit sendiri dari sang ibu.
Ibu dari penulis dapat memberikan sebuah pembelajaran menjahit di tengah pandemi yang sebelumnya beliau juga mendapatkan pesanan dari salah satu instansi untuk membuat APD. Proses membuat baju APD ini terbilang cukup lama karena bagi mahasiswa untuk membuat pola, menggunting dan menjahit tidak mudah. Proses ini dijalankan bersama oleh penulis dan temannya, Atikah Yumna Az-zahra sebagai teman satu kelompok KKN. Pada minggu terakhir bulan Juni, baju APD yang dibuat oleh penulis dan temannya diserahkan kepada pihak tenaga medis Puskesmas Ngoresan, salah satu puskesmas di Solo yang terletak di Jl. Kartika 4 No.2 rt.03 18, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta. Disambut hangat oleh para tenaga medis untuk pemberian baju APD sebanyak dua buah.
Selain kegiatan tersebut, penulis juga mengadakan kegiatan edukasi langkah cuci tangan yang benar dan himbauan untuk memakai masker yang benar bagi anak – anak di tempat tinggal penulis. Kegiatan ini disambut dengan antusias oleh adik – adik dan dipraktikkan langsung oleh mereka. Sebagai fasilitas penunjang, penulis juga membuat ember cuci tangan beserta sabunnya yang diletakkan di dua titik utama yaitu di warung makan dekat tempat tinggal penulis dan di pos kamling.
Kegiatan KKN tersebut dilengkapi dengan pemberian bibit benih tumbuhan sayur bagi ibu-ibu tetangga penulis. Kegiatan ini diharapkan sebagai salah satu kegiatan yang dapat menghilangkan rasa bosan dan penat bagi para ibu yang bekerja dari rumah atau work from home. Berikut benih tanaman sayur yaitu benih sawi, benih bayam, benih kangkung dan benih cabe. Uniknya, dari beberapa benih yang ditawarkan oleh penulis, pilihan favorit ibu – ibu yaitu benih cabai karena dapat dibuat sambal dan selalu tumbuh tidak harus dipangkas tanamannya. Kegiatan ini juga disambut dengan antusias oleh para ibu.
Kegiatan – kegiatan lain seperti membagikan poster di media sosial yang didesain ulang oleh penulis juga salah satu kegiatan yang dapat mengedukasi teman – teman yang ada di luar rumah. Dengan adanya penyebaran informasi pamflet dan poster yang dibagikan ke media sosial, masyarakat di luar dapat lebih sadar bahwa situasi pada masa ini harus segera dicegah.
Pada akhir paragraf, penulis ingin mengutip quotes yang didapat dari salah satu publik figur yaitu Romo Lukas Bagus Dwiko, SJ yaitu “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”. Di saat pandemi seperti ini, yang dapat dilakukan oleh setiap individu yaitu menyalakan lilin masing – masing. Pandemi diumpamakan kegelapan yang meliputi seluruh masyarakat Indonesia dan lilin ini sebagai perbuatan sederhana namun mengena yang dapat dilakukan oleh setiap individu seperti menjaga tetangga atau disebut jogo tangga. Menjaga tetangga di sekitar kita supaya tetap sehat, terhindar dari COVID-19 dan jika terdapat tetangga yang terkena virus ini dapat menolong dengan memberikan persediaan makanan pokok dan minuman. Di akhir kata, penulis mengharapkan yang terbaik bagi semua masyarakat Indonesia untuk tetap menjadi lilin kecil yang menerangi di tengah kegelapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H